Wednesday, July 7, 2010

ketika sepakbola bicara tentang pragmatisme dan harapan

"dan sepakbola menyerang pun kembali kalah.."

Itu status yang saya tulis, tepat setelah Spanyol menelan kekalahan "menyakitkan" dari Swiss di partai pembuka Grup H Piala Dunia 2010. Tak lama, seorang teman memberi comments "sepakbola itu mencetak gol, bukan menyerang."

Teman saya itu benar adanya. Mencetak gol (dan menang) itulah "final result". Tim yang paling banyak mencetak gol itulah yang akan didaulat sebagai "Sang Pemenang." Yet, the goal is count. Apapun caranya, bagaimanapun gaya bermainnya: mau pake gaya Tango, Samba, Total Football, Catenaccio, full attack kek, counter attack kek, ga penting.

Namun, dalam otak saya, sepakbola adalah permainan. Dan esensi dari permainan adalah sebuah naluri manusia untuk meluapkan hasrat kegembiraan. Dan itu berarti , bermain dengan penuh sukacita, terbuka, dan menyerang! Kalo hanya untuk mencetak gol, an sich, buat saja sepakbola menjadi ajang adu penalti, atau kalo perlu adu dadu saja, tanpa perlu ada permainan 2 x 45 menit.

Tapi, tak sampai sepersekian menit, saya kemudian menengok lebih jauh lagi, menyingkap selubung kemunafikan yang melekat erat. Saya yang memuja sepakbola sebagai permainan tetap saja bersorak gembira, ketika melihat tim kesayangan menang. Terpekur ketika tim kesayangan tersungkur. In the deepest of my heart, menang ternyata memang masih jadi "Final Goal". Bagaimanapun cara dan gayanya. Pathetic...

Makin dalam saya membuka selubung itu, makin menyedihkan. Dalam sisi kehidupan yang lain, realitas menang sebagai "final goal" nyata adanya:
1. UN sebagai penentu lulus tidaknya siswa. Yang penting ujian lulus, mau pas sekolah ngaco, ga papa.... ah, kejauhan, tak usahlah ngomongin itu.
2. Ketika lulus kuliah saya ngotot mencari kerja. Padahal itu bohong. Saya tidak pernah mencari kerja, karena kalo memang hanya mencari kerja, semestinya kerja apapun saya bisa. Final goal saya bukan mencari kerja, tapi mencari uang. Karier tertinggi dalam pekerjaan selalu saya ukur dengan nominal uang (atau jabatan). Saya lupa esensi manusia yang diajarkan Rosulullah saw: "Karier tertinggi seorang manusia adalah ketika ia menjadi mahluk yang bermanfaat bagi sesamanya"

Saya menulis ini bukan tanpa maksud. Saya sedang belajar menerima bahwa kalah-menang bukan akhirnya segalanya. Karier & uang itu bukan tujuan. Bukan final result. Bukan pula final goal. Itu hanya bonus.

Wish me luck!