Wednesday, September 23, 2020

belajar bersyukur

Lebih dari 2 dasawarsa tidak berjumpa, nyaris tak ada yg berubah darinya. Kami, teman satu SMP. Bukan teman dekat, jika pertemanan itu diartikan dengan luntang-luntung bareng ato sekedar nongkrong selepas sekolah. Kami dekat karena dia adalah tandem di lapangan bola.


Jagong, ditemani kopi, sore itu, mengajarkan kepadaku bahwa ada banyak hal yg patut untuk disyukuri. Jagong kami mengingatkanku pada cerita kertas putih yang terkena noktah kecil. Aku terlalu fokus pada noktah, sementara dia melihat lebih banyak bagian yg putih bersih. 

Aku, belajar banyak darinya. Terima kasih kawan.

tentang kopi


Duduk, membersihkan meja-kursi, menghidupkan laptop, berdoa, kemudian menyeduh kopi. Itu rutinitas pagi di kantor. Kali ini saya akan bercerita tentang kopi. Pas, apalagi jelang musim hujan seperti saat ini.

Saya menikmati setiap momen ketika menyecap pait-manis kopi panas. Ini beberapa momen yang saya rasakan ketika menikmati secangkir kopi:

"Kopi. Aromanya memeluk tubuh. Menghapus kisah pahit yang datang bersama hujan pagi ini... "

"Kopi. Hangatnya menyesap dingin hujan."

"Marilah, kemarilah. Secangkir kopi dan setangkup rindu menanti.."

"Kopi. Aromanya mengurung rindu."


note: iya, i know.. itu memang cangkir souvernir manten 😀



 

Menulis Lagi

Enam tahun tentu bukan waktu yang pendek. Tapi itu adalah waktu yang saya habiskan untuk tidak menulis di blog ini. Ada banyak alasan yang bisa disampaikan, tapi sepertinya kata "Malas" menjadi ujungnya.

Awalnya, malas itu hanya sebatas membuka blog karena saya sudah mempunyai aplikasi note di HP. Tapi kemudian berkembang menjadi malas menulis. Sibuk, menjadi alasan cliche-nya.

So, seperti coretan-coretan yang sering saya sampaikan ketika kembali menulis setelah vakum lama, maka inilah beberapa tulisan yang akan sy publish. Bukan coretan baru, tapi hanya menyalin tempel dari yang note saya.

Enjoy!