Monday, October 29, 2007

saatnya berdamai

aku memaafkanmu
yang datang dengan tiba-tiba
dan pergi dengan terburu-buru

aku memaafkanmu
karena bergegas dengan semuanya

Friday, October 26, 2007

stress

Saya stress. Itu kata stress’ test pack-nya seorang teman kantor. Saya kemudian membaca petunjuk menghilangkan stress di bagian bawah alat itu: Tarik napas; rileks-kan diri dan pikiran Anda; lakukan gerakan-gerakan ringan dan pijatan ringan di kepala; jika perlu, dengarkan musik untuk membantu proses relaksasi. Lakukan berulang-ulang hingga Anda merasa pikiran Anda sudah tenang kembali. Jika sudah, silakan lakukan test ulang.

Naasnya, meskipun sudah melakukan semua petunjuk, hasil test-nya tetap sama: saya stress (!). Saya yang merasa baik-baik saja, ngeyel, ga terima dikatakan stress –meskipun oleh test pack- mengulangnya lagi. Tiga kali (!). Tapi, test pack itu tetap bergeming, hasilnya sama saja: saya stress.

Untuk beberapa saat saya mengambil napas. Lebih panjang dan lebih pelan dari biasanya. Maklumlah, hasil ini membuat pikiran saya jadi ”stress”. Selesai itu, saya bolak-balik test pack-nya. Mencari petunjuk yang mungkin terlewatkan. Dan, ya oloooooo....ternyata oh ternyata, stress’ test pack ini bekerja berdasarkan suhu tubuh. Makin dingin, makin strees. ”Oalah, pantes aja. Lha gimna ga dingin, blower AC tepat berada di atas ubun-ubun,” pikir saya.

Akhirnya, untuk meyakinkan diri, saya mencari ruangan yang sedikit hangat. Setelah melakukan sedikit SKJ (Senam Kesegaran Jasmani), saya pun melakukan tes ulang. Hasilnya...Alhamdulillah, saya tidak stress.

kiat agar tidak stress
Saya pernah membaca artikel tentang stress. Hanya saja kebanyakan lebih ke ”mengobati” daripada ”mencegah.” stress. Nah, beberapa waktu yang lalu saya beruntung menemukan sebuah artikel menarik. Ditulis oleh Cak Nun di sebuah koran nasional. Kata budayawan Yogya ini, ”Stress itu seperti mahluk hidup. Untuk mencegahnya datang, ya, jangan beri di ruang untuk hidup”.

”Gampang to?” :D

Wednesday, October 24, 2007

rain can't wash away

aku ternyata salah
berharap hujan menghapus jejakmu

terik berkunjung, hujan telah reda
tanah basah kini mengering

ada jejakmu di tanah yang tak lagi basah
tergurat jelas setiap detilnya
dan mengeras..

aku ternyata salah...

amarah yang menggelisahkan

Ada kegeraman yang amat sangat. Kenapa? Kenapa mesti ada amarah yang keluar tanpa kontrol?
Aku gelisah akan amarah ini....

Tuesday, October 23, 2007

Hujan Ge-eR

Di salah satu coretan, saya ”mencemooh” orang yang Ge-eR. Itulah saya. Orang yang suka ”mencemooh”. Tapi tahukah Anda, bahwa ternyata, lagi-lagi, Tuhan menunjukkan kepada saya -yang SOK dan BELAGU ini- bahwa Dia itu Maha Adil. Ya...ya...beberapa waktu yang lalu, saya menjadi sosok yang ke-Ge-eR-an. Dan parahnya, ini terlihat, memper plek, persis sama, seperti sinetron-sinetron di layar TV:

  • berjumpa
  • tuker menuker nomor telp
  • sms-sms-an
  • janji makan-minum
  • mesra-mesraa-an
  • trus... ke-Ge-eR-an dech..

Jadi gedebak-gedebuk hati sendiri jika melihatnya. Ngrasa tiap kali Si Dia tersenyum. Itu hanya untuk saya. Ngrasa bahwa ibarat Nasi Goreng, saya adalah Nasi Goreng Spesial (untuknya). Intinya, (saya) ngrasa dia: Naksir saya!

Padahal, namanya Ge-eR, tentu saja, cuman sayanya saja yang ngrasa. Dianya? TIDAK lah yauw...!

Jeleknya, begitu tahu kalo saya sudah salah duga, karena ke-Ge-eR-an, eh lha kok nyalahin orang lain. Kalo sudah begini, apa bedanya coba, saya dengan orang yang saya "cemooh" (dulu itu).

”Mas, mas, sampeyan itu, jangan buruk rupa cermin dibelah donk,” cetus seorang teman, mengingatkan.
”Iya Mas. Ingat, masih banyak salon yang akan dengan senang hati menerima facial, akupuntur sampe' totok wajah. Pokoknya jangan khawatir dech. Kalo itu ndak bikin sampeyan ganteng enough, mungkin sampeyan bisa nyoba Ketok Magic. Hahaha...” sahut teman yang lain sambil tertawa.
***
You are far
I'm never gonna be your star
I'll pick up the pieces
And mend my heart
Strange that I was wrong enough
To think you'd love me too
You must have been kissin' a fool
I said you must have been kissin' a fool (Kissing A Fool, Michael Buble)

***
Hari ini saya berjanji untuk:

  • Tidak Ge-eR-an (yang tidak penting) lagi kecuali adanya faktor force majeur :D
  • Tidak ”melupakannya” semudah itu (hoi....siapa bilang mudah?)
  • Tidak akan memutus jalinan pertemanan hanya karena cinta yang bertepuk sebelah tangan (btw, jadi inget kalo sebentar lagi seseorang yang pernah menolak saya akan menikah..hehehehe, dipikir-dipikir, dia sadar atau tidak ya, kalo [dengan menolak saya] dia telah melakukan keputusan ter-Benar sepanjang hidupnya :D )
  • Tidak akan ”mencemooh” orang yang Ge-eR, karena Ge-eR itu indah, seperti membaca coretan ini :D
  • Berusaha untuk menahan rindu pada perempuan-perempuan penyebar Ge-eR, kecuali.....hujan turun lagi ;)

***
Yang, hujan turun lagi
Di bawah payung hitam kuberlindung
Yang, ingatkah kau padaku
Di jalan ini dulu kita berdua

Basah tubuh ini, Basah rambut ini
Kau hapus dengan saputanganmu

Yang, rindukah kau padaku
Tak inginkah kau duduk di sampingku
Kita bercerita tentang laut biru
Disana harapan dan impian

Benci, benci, benci tapi rindu jua
Memandang wajah dan senyummu sayang
Rindu, rindu, rindu tapi benci jua
Bila ingat kau sakiti hatiku

Antara benci dan rindu di sini
Membuat mataku menangis

Yang, pernahkah kau bermimpi
Kita bersatu bagai dulu lagi

Tak pernah bersedih, tak pernah menangis
Seperti saat rindu begini (Antara Benci dan Rindu, Ratih Purwasih)

***
:D

Friday, October 19, 2007

marhaban ya jawir....

”Kamu jawa tulen?”
Ini adalah salah satu pertanyaan teraneh yang pernah saya terima dari orang yang pernah bertemu dengan saya, face to face dan ber-conversation ria dalam keadaan sehat wal afiat.

Saya ini jelas dan telah 100% terbukti: JAWA TULEN! Berikut novum-novum dasarnya:

  • Bapak Jawa (+) Ibu Jawa = Saya = Jawa
  • Speak English in Javanesse Dialect = Panjengen kedah kepanggih kulo
    (Dah lah, ndak perlu pake English-english-an. Lha wong ngomong Indonesia saja, huruf: B, D, G, & J-nya medhok kok! Sebegitu medhok-nya sampe-sampe beberapa teman memanggil saya Jawir :D )

Pokoknya, saya bisa buktikan dan kumpulkan bukti-bukti lain. Kalo perlu saya akan hadirkan saksi-saksi yang akan memberikan kesaksian yang sebenar-benarnya kesaksian bahwa saya ini: Jawa.

Ini bukan masalah rasial, cuman saya ndak enak saja kalo keseringan di-mirip-miripin dengan: Al Pacino, Johny Deep, dan Paolo Maldini (hahahaha, ngarep! :D )

Wis lah, tambah rak nggenah mengko. Rinenggo sumunaring suryo wayah ratri, cinondro resik ing wardoyo. Sugeng mangayubagyo Idul Fitri 1428 H, mugi tansah winengku ing karahayon (kalo yang ini, saya ndak bisa nranslate-nya, lha wong cuman nulis ulang sms lebaran seorang teman kuliah yang TOEFL Jawa-nya jauh di atas saya! hahahaha)

Thursday, October 18, 2007

be a recycle bin

Setelah melalui masa training 3 bulanan, berarti ini sudah, uhm.., setengah tahun lebih sedikit lah, saya menerima SK (Surat Keputusan) sebagai Recycle Bin. SK pengangkatan ini ditandatangani oleh teman saya yang sekilas lalu nampak sebagai sosok yang tidak perlu Recycle Bin. Kehidupannya begitu sempurna di mata saya: matang dan mapan, plus anugerah inner beauty yang begitu kuat.

Sebagai Recycle Bin, tugas saya hanya satu: menampung segala keluh kesahnya. Tidak boleh protes, nolak, apalagi ngeluarin mode: "Recycle Bin Full" alias "Please Empty Your Recycle Bin" or "Restore It".

Meski terlihat sepele, sebenarnya, SK ini terasa aneh, karena tipikal saya jelas-jelas bukan Recycle Bin. Bagaimana tidak? Saya terkenal lebih banyak menggunakan mulut daripada telinga, alias lebih sering ngomong dan menguasai forum daripada mendengarkan, meskipun cuman sepatah-dua patah kalimat. Tidak heran jika beberapa teman yang mulai sebel dengan aksi nyerocos saya nyeletuk, ”Gusti Allah emang baik ya, sampeyan dikasih mulut cuman satu. Coba dua, kayak telinga, bisa pecah isi dunia!”

Akibatnya, tidak sampai setengah jam setelah menerima SK, rasa aneh itu berkembang menjadi khawatir. Bukan pada diri sendiri, tapi pada teman saya tersebut. ”Teman sampeyan itu suka sport jantung ya. Kalo saya mah ogah, sampah kok dijadiin tempat sampah,” ketus seorang teman, yang tahu persis bagaimana kelakuan saya ketika ”nyampah”.

Tapi, Tuhan memang Maha Baik. Kekhawatiran saya, ternyata, terlalu berlebihan. Meskipun tidak mulus, tapi sampai sekarang, Alhamdulillah, saya jarang mendapat complain. Bahkan, ketika kemarin hujan turun, sepenggal sms nangkring di Hp saya, ”Hati-hati ya, aku masih perlu kamu sebagai recycle bin”

”Tuh kan?” :D

(buat sang pemberi SK Recycle Bin, aku harap kamu bisa lebih bahagia di sana. Jangan bilang kamu buta tentang bahagia lagi ya.. Oh ya, aku menerima SK itu dengan senang hati dan ikhlas [aseli lho!]. Yach..itung-itung nambah tebel daftar working experience di curriculum vitae amal lah :D )

Tuesday, October 16, 2007

pemimpin yang tidak amanah

Tidak habis pikir. Begitulah yang ada di pikiran saya setiap kali melihat fenomena mudik. Selalu kacau dan terkesan tidak terurusi. Sering saya berpikir, apakah orang-orang ”terhormat” di istana presiden dan DPR itu buta, atau mereka itu memang menikmati adegan:
  1. Keluarga miskin yang mesti menggelar koran di stasiun, untuk memastikan mendapat tiket KA Ekonomi, yang belum tentu jelas duduk-tidaknya
  2. Ibu tua yang berdesakan dan beradu okol dengan pemuda kekar, untuk sekedar (!) bisa masuk ke KA Ekonomi
  3. Anak-anak kecil yang ”duduk manis” di depan bapaknya yang sedang mengendarai sepeda motor. Menerjang dinginnya angin malam dan menghirup asap pekat truk dan bis
ketika momen mudik Lebaran menjelang......

Jika memang harus ada open house, harusnya lah mereka, orang-orang ”terhormat” itu, yang sowan ke rakyat. Menyambangi mereka, satu demi satu, jika perlu! Meminta maaf karena tidak bisa menjadi pemimpin yang amanah.

Lebaran di Ruang Tamu

Dalam putaran hidup saya, ada beberapa tempat yang mendapat ”cap istimewa” di hati. Salah satu tempat itu adalah ruang tamu (bagian dalam).

Ruang tamu (bagian dalam) kami tidak istimewa. Standard saja: dua meja berukuran sedang dan 10 kursi, plus sebuah akuarium, meja kerja Bapak, dan tiga almari untuk Al-Qur’an, ”beberapa” Kitab Kuning, dan koleksi buku Bapak. Di setiap tengah bulan, dua meja dan 10 kursi itu akan bergeser tempat ke halaman. Maklumlah, Bapak mesti ”menemani” belasan ibu (yang rata-rata sudah sepuh) ”belajar agama” dengan cara lesehan.

Di sana pula, saya bersama dengan saudara-saudara saya, beberapa sepupu dan tetangga belajar mengaji Al-Qur’an dengan Bapak. Di sela-sela proses belajar itu, seringkali kami mendapat bonus: pengajian ringan. Istilah sekarang, mungkin, Kultum (kuliah tujuh menit).

Salah satu pengajian ringan itu, saya ingat betul, adalah tentang Lebaran, yang ternyata tidak hanya berarti lebar (selesai, red). Lebaran pada prinsipnya mengandung 4 makna:

  1. Lebaran yang berasal dari kata lebar, yang berarti selesai. Lebaran ini bukan berarti dimaknai semata-mata sebagai selesai berpuasa (Ramadhan). Tapi sebagai ”tanda selesainya masa penggemblengan diri.” Pasca Ramadhan, yang diawali dengan Lebaran, adalah masa untuk menguji hasil proses penggemblengan diri. Apakah, seorang muslim menjadi lebih baik, sama saja atau bahkan lebih buruk.
  2. Laburan yang berasal dari kata labur, yang berarti ”berdandan.” Laburan dalam konteks Lebaran semestinya tidak diartikan sebatas: mematut diri seindah mungkin ketika Lebaran menjelang. Lebih dari itu, Laburan dimaknai sebagai proses menghias diri dengan amalan-amalan yang lebih baik. Sehingga ketika Lebaran datang, bukan hanya lahiriyah-nya saja yang cantik, tapi batiniyah-nya juga.
  3. Loberan yang berasal dari kata lober, yang berarti ”tumpahan/kelebihan”. Loberan dalam Lebaran adalah keikhlasan untuk berderma, mengeluarkan harta dan rejeki yang ”berlebih” untuk disedekahkan kepada yang tidak mampu. Dalam konteks Rukun Islam, inilah yang disebut ZAKAT.
  4. Leburan yang berasal dari kata lebur, yang berarti ”musnah”. Makna Leburan dalam Lebaran adalah kesungguhan hati hati untuk meminta maaf dan memberikan maaf. Permintaan maaf ini, kemudian, oleh sebagian masyarakat disimbolkan dengan makanan khas Lebaran, Kupat (ketupat, red), yang merupakan singkatan dari Ngaku Lepat (mengakui segala kesalahan, red)
    Dan, yang tidak kalah penting, keempat makna tersebut tidak hanya dilakukan pada saat Lebaran thok, tapi setiap saat, sepanjang waktu.

Di lain kesempatan, di ruang tamu (bagian dalam), Ibu dengan kesabaran lebihnya menemani saya mengerjakan PR. Membuatkan prakarya. Menggambar pemandangan alam sesuai permintaan Ibu Guru: gunung dengan matahari + rumah-rumahan sawah + beberapa burung + tiang listrik + petani + sawah (:D). Sampai-sampai (sekarang) setelah saya pikir-pikir, "Kok kayaknya Ibu lah yang sekolah, bukan saya" :D

Begitulah, bagaimana ruang tamu (bagian dalam) telah menjadi salah satu ruang favorit saya.
Kini, Lebaran datang lagi. Saya tidak ada di ruang tamu (bagian dalam), tapi spirit cinta kasih di ruang tamu (bagian dalam) itu Insya 4JJ1 akan terus ada.

Selamat Berlebaran. Mohon dibukakan pintu maaf untuk semua kesalahan, dan semoga kita bisa menjadi manusia yang lebih baik. Minal Aidzin Wal Faizin. Taqabbalallahu Minna Wa Minkum. Taqbbal Ya Kariim.

patah hati...

aku sedang mengumpulkan keberanian untuk bisa memilih jalan terjal bersamamu. namun, aku juga sadar, waktu tak bisa menunggu. aku menghormati keputusanmu, mencabut panah cupid dari hatimu....
(di luar hujan turun dan waktu berputar)
==

usai sudah semua berlalu
biar hujan menghapus jejakmu
terus melangkah melupakanmu (peterpan, menghapus jejak)

Wednesday, October 10, 2007

kangen..

aku kangen rumah.
kangen mencium pipi bapak dan ibu.
bermain karet dengan adik perempuanku

aku kangen rumah
diomelin ibu karena telat shalat isya
dinasehatin bapak karena melewatkan ba'diyah maghrib

aku kangen rumah
dirayu-rayu adik kecilku, "Mas, sepatuku wis sempit ki!"

aku kangen rumah
berkebun dengan Bulik
belanja ke pasar....

aku kangen rumah...

lebaran, 2 tahun kemaren aku menangis karena tidak bisa pulang
dua hari lagi, lebaran, dan aku tidak bisa pulang (lagi)
tidak bisa tidak: aku pasti nangis lagi

aku bener-bener kangen rumah....

ketakutan tak berujung

begitu susah meyakinkan diri bahwa aku adalah orang yang bisa membahagiakan orang lain. Kenapa?
karenaku, tangis begitu mudahnya mengalir dari mata (orang-orang yang kusayangi). Kenapa?
aku takut untuk bersikap layaknya seorang yang menyayangi dengan sepenuh hati. Kenapa?
sungguh-sungguh EGOIS & TAK TAHU DIRI!