Wuih, waktu memang
berkelebat dengan cepat dan Maret adalah bulan yang sibuk. Sempurna sebagai
sebuah alasan untuk tidak menulis ;)
Enough. Time to write again. Ini pun nyolong-nyolong.
Semester 3 ini, bener-bener deh!
Tanpa basa basi, semua dosen dengan senyum tersungging mengirim badai tugas.
Satu quote yang saya ”demen banget”
dengernya, ”Liburan, mudik? Kuno!” dilanjutkan dengan ”Udah pesen tiket?
Batalin!” Maka, saya –dan teman sekelas-
pun liburan semester 2 dengan membawa tugas. Keadaan kahar memaksa ada satu mata
kuliah yang dilanjutin ke semester 3, meskipun semester 2 sudah selesai. Fyuh..!
Eh, ngemeng-ngemeng, saya masih belum upload yang
cerita semester 1 ya? Sabar ya. Udah
ready kok tinggal nunggu release-nya aja. Ini saya mau nulis satu
hal menarik dan rada serius. Jarang-jarang kan saya nulis serius :D
--
Gersang dan
mematikan. Itulah gambaran yang saya dapatkan pada ruas jalan ini. Siang hari, gelombang
motor dan mobil berebut tempat. Kala malam mulai sedikit larut, deru kuda-kuda
besi yang melewatinya, mengingatkan saya pada sebuah sirkuit. Raungan sirine ambulance yang rutin wira-wiri (ke dan
dari RSUP Sardjito) menguatkan aura mematikan jalur ini.
JAKAL. Itu nama
ruas jalan ini. Akronim keren dari Jalan Kaliurang. Terbentang sepanjang ±30 km,
JAKAL adalah salah satu ruas jalan vital di Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Sayangnya,
JAKAL tidak sekeren namanya. Setidaknya ada dua sisi gelap darinya, terutama
pada penggal KM. 4,5 (perempatan Magister Manajemen UGM) sampai dengan Km 6 (Ring
Road Utara).
Sisi gelap pertama:
gersang. Nyaris tak ada pohon di sepanjang jalan ini. Palem-palem dalam pot
semen ukuran ±50 cm, dibiarkan layu. Mati. Kala siang sedang terik, ruas jalan
ini laksana Jalur Gaza: panas dan kering.
Sisi gelap kedua:
mematikan. Tak sekali saya melihat kecelakaan di ruas jalan ini. Dalam 3 hari
ini saja, tepat di depan mata, saya melihat dua kali sepeda motor ndlosor. Sekali, di malam hari di dekat
Bank Bukopin, ketika sebuah mobil dengan suksesnya memaksa seorang bapak tua
pesepeda motor mencium aspal jalanan. Lainnya, ketika seorang ibu –yang sedang
membonceng anak balitanya- ditabrak pesepeda motor di depan Toko Cahaya, sekira
50 m dari lampu merah MM UGM.
Sisi mematikan
lainnya adalah ketiadaan tempat penyeberangan. Tidak usah bicara tentang
jembatan penyeberangan, zebra corss-pun
nyaris tidak ada. Para pejalan kaki dipaksa bertaruh nyawa setiap kali hendak
menyeberang. Hih...!
Selesai menulis paragraf
diatas, somehow, saya tiba-tiba
teringat pada Film Jagal: The Act of Killing. Jakal the Jagal? Semoga tidak!