Monday, December 17, 2007

skenario cinta

”Cinta itu tidak milih orang untuk dicintai. Kamu ga bisa milih pada siapa akan jatuh cinta”

Ucapan di atas telontar dari mulut seorang teman ketika kami sedang berbincang ”ga jelas” dan sampai pada tema: Cinta. Saya tidak setuju dengan itu, tapi apa mau dikata, cinta sepertinya memang ditakdirkan untuk begitu: Datang Tak Diundang.

Cinta itu tidak milih orang untuk dicintai. Ini setidaknya sedikit menjelaskan:
  • Bisa-bisanya Si Beauty ”jadian” dengan Si Beast
  • Bagaimana seorang teman perempuan saya bisa jatuh cinta pada mas-mas berdada bidang sementara ada dada yang tidak begitu bidang menunggu untuk disinggahi
  • Ato kisah mengharu biru di Novel A Walk to Remember. Di sana, diceritakan bahwa seorang Landon yang ”badung dan tidak mempunyai tujuan hidup yang jelas” tak bisa berbuat apa-apa ketika mendapati dirinya jatuh cinta dengan seorang Jamie, seorang gadis ”konservatif” yang menderita Leukimia.

Menantang Cupid
Jika memang Cupid itu ada, dan cinta itu benar tidak memilih orang untuk dicintai, berarti cinta itu datang se-pengen-nya Cupid. Saya kok ngeri ya, meskipun, hanya membayangkannya.

Bayangkan saja, kalo Cupid ngantuk, kemudian dia lupa mengunci busur-panahnya, dan seketika itu pula suratan takdir menggerakkan panah ke jantung ini, mesti bagaimana dong?
  • Kalo panah itu ternyata hanya sebuah saja, tidak sepasang. Ya..apa ndak sengsara awak ni karena bertepuk sebelah tangan (lagi)? [Masak tiap kali karaoke-an saya mesti request Pupus-nya Dewa? Tega nian!]
  • Kalo panah itu nemplok di jantung orang yang sudah berpunya...[hiks..hiks..]
  • Kalo panah itu ternyata nyangkut di mas-mas berotot kawat, bertulang besi dan berdada bidang. Lha apa ndak buahahahahaya....! [Mosok eike mesti melambai sih jeung, hahahaha]

Jadi, sodara-sodara setanah air, sebangsa dan senegara. Sudah saatnya kita bangkit. Hanya satu kata: LAWAN! Bersama Kita Bisa! Marilah, bergandengan tangan kita buat skenario cinta. Yang happy ending, happily ever after, tidak usah mengharu biru, cukupkan diri dengan Film Biru saja, eh salah-salah, maksud saya, skenarionya yang enak. Misalnya: Ini kisah percintaan antara dua anak manusia: Mase dan Mbake. Sejak pertama melihat Mbake, Mase selalu merasa nyeri di rusuknya. Mase, merasa bahwa Mbake adalah tulang rusuk yang hilang. Tapi, tidak dengan Mbake. Sudah ada dua anak kecil dan suami yang membuatnya yakin bahwa dia sudah bahagia. And the bla..bla..bla... Singkat kata singkat cerita, dengan konflik yang dibuat sedramatis mungkin, akhirnya Mase pun mencapai cita-citanya: hidup bersama Mbake. Meskipun cuma sebagai tetangga. Hahahaha...

Sudah-sudah, jadi ngawur. Back to laptop. Pokoke, kita lawan Cupid. Kita bikin skenario yang too good to be true. Eh, sebentar-sebentar...kalo yang too good to be true itu biasanya ga mungkin ya? Tau ah, peduli amat, True Love emang never runs smooth, right? Jadi, yuk...kita buat skenario cinta yang bisa membuat Cupid pensiun dini. Hahahaha...

Catatan kaki
Tapi, ya..mau bagaimana ya? Cinta emang begitu adanya. Satu-satunya harapan adalah dengan ”merayu” Cupid agar melepaskan panahnya to the right person at the right time and at the right place. Jadi...adakah yang tau CP-nya?
:D

Wednesday, December 12, 2007

Qee & Zee

1st Chapter: SD (Part 2)
Seminggu setelah itu, di sekolah, tidak terdengar lagi jeritan anak perempuan yang menangis karena dijaili Qee. Zee, yang bintang kelas, telah mengubah Qee.

Dua bulan berjalan, di tengah-tengah upacara bencera, enam murid berdiri di tengah lapangan, dua diantaranya: Qee dan Zee.
”Kami bangga. Kalian adalah yang terbaik di kelas masing-masing. Saya harap semua yang ada di sini bisa meniru prestasi mereka” Nada puas dan bangga terdengar dari mulut Pak Kepsek
”Akhirnya, aku bisa berdiri di sampingnya,” lirih hati Qee.
[Semua itu tidak penting baginya. Hanya Zee dan Zee]

”Aku, Qee” Qee menjulurkan tangannya ke arah Zee.
”Zee” sahut Zee pendek

Friday, December 7, 2007

Terima Kasih Malaysia

Isu ”pencurian” kebudayaan Indonesia oleh Malaysia menjadi topik yang sedang ”in” di dua bulan terakhir. Pemicunya adalah kemunculan sebuah video clip untuk Visit Malaysia: Truly Asia, dengan theme song –yang ”diklaim” Malaysia sebagai Lagu Asli Malaysia- yang lirik lagunya terdengar sangat mirip dengan Rasa Sayange-nya Nyong Ambon.

”Kericuhan” ini semakin menjadi-jadi seiring ditemukannya beberapa produk kebudayaan Indonesia yang di-aku Malaysia, seperti: Reog, Keris, Batik, Angklung, dan Rendang.
”Perilaku” Malaysia ini kemudian menimbulkan sentimen anti Malaysia yang kuat, terlebih kemudian mencuatlah kembali fakta-fakta ”tercela” Malaysia, seperti: penggunaan kata Indon untuk menyebut orang Indonesia, perlakuan tidak manusiawi terhadap TKI/TKW oleh para majikannya di Malaysia, tindakan asal tangkap oleh RELA (relawan malaysia yang bertugas merazia warga asing yang ”diduga” masuk secara ilegal ke Malaysia), dll. Fakta-fakta yang yang sungguh menyakitkan hati, terlebih jika mengingat bahwa Malaysia ”berhutang” begitu banyak pada Indonesia. Ibaratnya, Malaysia adalah kacang yang lupa pada kulitnya. Tidak mengherankan jika kemudian Visit Malaysia: Truly Asia diplesetkan menjadi Visit Malingsia: Truly Maling Asia.

I’m an Indonesian. Saya mencintai Indonesia, namun ijinkanlah atas nama cinta, saya melihat ”persoalan Malingsia” ini dalam perspektif yang sangat mungkin terdengar ”ganjil” dan berbeda dari majority yang ada.

  • Saya pikir, kita tidak bisa melulu menyalahkan Malaysia. Berandai-andai, jika saya adalah produk budaya dan mempunyai kemampuan untuk mengemukakan pendapat, maka saya akan memilih "di-aku" oleh orang/kelompok/negara yang "merawat dan melestarikan" saya daripada oleh orang/kelompok/negara yang "hanya mengaku-aku sebagai pencipta tanpa pernah peduli bagaimana kelangsungan hidup/eksistensi" saya.
  • Selain itu, saya juga ingin berterima kasih ke Malaysia karena telah membangkitkan "nasionalisme dan kesadaran budaya" sebagian masyarakat Indonesia –yang sebelumnya menguap entah ke mana- melalui program "Caplok Budaya Indonesia"-nya itu.
  • Klaim Malaysia terhadap produk budaya Indonesia secara tidak langsung menunjukkan bahwa Malaysia adalah ”miskin” dan Indoensia adalah ”kaya” secara budaya. Mengutip kalimat Cak Nun, Malaysia terlalu kecil untuk dijadikan lawan. Akan lebih baik jika kita pangku mereka.

Akhirnya, tidak hanya Malaysia yang harus melakukan introspeksi diri, Indonesia pun harus (meng-Introspeksi diri).

Qee & Zee (Prekuel Of Belum Ada Judulnya)

1st Chapter: SD
Duduk di bangku SD, seorang gadis berkepang dua. Zee, begitu teman-teman sekelasnya memanggil. Seorang gadis kecil yang: cantik dan pintar!
Duduk di bangku SD yang sama, seorang bocah kecil. Qee, begitu teman-teman sepermainannya memanggil. Seorang lelaki kecil yang bisa menjadi alasan kenapa banyak ibu-ibu stress: bandel

Qee berjumpa Zee di taman sekolah. Zee mengenakan bicycle pants, datang dengan napas terengah-terengah, menjulurkan tangannya ke Qee. Rambutnya basah. Keringat menetes dari dahinya
”Bagi dong?”
”Ap..pa..?” Si kecil Qee seolah melihat peri kecil turun dari langit
”Itu..” tangan Zee menunjuk botol minuman Qee
Refleks, Qee bergerak, menyodorkan botol minumannya. Matanya masih menyiratkan bahwa dia menggerakkan tangannya tanpa sadar.
”Terima kasih”
Zee pun berlalu, diikuti mata Qee yang bertanya-tanya,”Siapa peri itu?”

Dua hari. Qee mendapati Zee di sebelah kelasnya. ”Dia di kelas 6,” seru hati si Bandel kelas 5, Qee.

Thursday, December 6, 2007

D.U.R.I

Ada duri yang harus kusingkirkan
Nyangkut di tenggorokan
Uf...bener-bener nyusahin

Ada duri yang harus kusingkirkan
Nyangkut di hati
Fiuh...nyusahinnya lebih-lebih

Duri jeruk nipis bisa untuk tusuk gigi
Kata bibi, ”Bisa pula untuk mecahin bisul, tanpa kuatir terinfkesi”
Duri di mawar
Kata para pujangga, ”Kau bagai mawar berduri”
Hahaha...

Tapi, beneran di sini ada duri
Pak Lebai yang mimpin
Aduh, capek deh bo, itu kan Kenduri!

Baiklah, kamu yang disana
Kamu itu bukan duri
Karena kalau kamu duri, hati ini tentu sudah bocor di sana-sini
Terluka, tertusuk olehmu
Kamu itu bukan duri
Karena duri tidak tumbuh dan berakar di hati

Kamu yang disana
Kamu adalah.....
Apa ya? Kutulis segalanya, kau pasti tak percaya
Kutulis cinta, kau pasti mengira aku sedang mengigau
Kutulis belahan jiwa, apalagi...kau pasti akan mencibirku

Kamu yang disana
Kamu bisa membuatku bergetar hanya dengan mengingat namamu
Ber-dag dig dug hanya dengan melihat namamu ketika nge-cek inbox HP
Dan menjadi berlompatan tidak karuan melihat namamu di ”Calling Number”

Kamu yang disana
Berpikir bahwa denganmulah aku akan menghabiskan perjalanan hidup
Berbagi tangis duka, air mata bahagia

Tapi kamu memang ndak bisa menunggu lebih lama ya?

Duh....ada duri nyangkut!

Monday, December 3, 2007

berhentilah merindukanku

Scene #1
”Sakii...tt, Saki...t banget!” Begitu komentar seorang teman ketika rasa kangennya dipertanyakan.

Kangen itu rasanya seperti apa ya? Rasa pengen ketemu? Ato mendengar suaranya? Ato melihat wajahnya? Ato menikmati wangi tubuhnya? Ato..?
Kangen itu ada berapa level ya? Bisakah disamakan dengan bahasa: Fair-Good-Well?
Kangen itu tanda sayang kah? Kalo ya, bisakah ”Aku kangen sekolah lagi?” berarti ”Aku sayang sekolah?”
Kangen itu bisa bikin pipi memerah dan heart beating faster. Benarkah? Kalo ya, kangen itu passion. Begitukah?

Scene #2
”Aku kangen kamu. Gitu aja kok repot!”
Ya repot, wong kangennya salah alamat. Itu jenis yang sakiiii...t dan menyakitkan...!

aku kan menjadi malam-malammu
kan menjadi mimpi-mimpimu
dan selimuti hatimu yang beku

aku kan menjadi bintang-bintangmu
kan s’lalu menyinarimu
dan menghapus rasa rindumu yang pilu

aku bisa untuk menjadi apa yang kau minta
untuk menjadi apa yang kau impikan
tapi ku tak bisa menjadi dirinya

aku kan menjadi embun pagimu
yang kan menyejukkan jiwamu
dan kan membasuh hatimu yang layu

tinggalkan sejenak lalumu
beri sedikit waktu
kepadaku tuk meyakinkanmu

aku kan menjadi malam-malammu
kan menjadi mimpi-mimpimu
dan selimuti hatimu, selimuti hatimu
selimuti hatimu (selimut hati, dewa 19)


Jadi, berhentilah kangen padaku (jika kangennya tak seperti kangen yang kumau..)
:D