(lanjutan
chapter 1, 2 dan 3)
Selasa, 22
Oktober 2013. Semester 1 dimulai. The
real game is begin. Mulai hari ini, setiap mata kuliah harus didalami
dengan serius. Nda bisa lagi leyeh-leyeh ala matrikulasi. Maklumlah,
mulai semester ini, nilai mata kuliah akan masuk ke transkrip nilai. Secara,
jika ALLAH Ta’ala mengijinkan, saya berniat untuk melanjutkan ke jenjang S3,
maka mendapat nilai yang sangat-sangat memuaskan is a must.
Saudara, sidang
pembaca yang terhormat, inilah kwartet cinta yang harus saya kuasai di semester
I: ekonomika mikro II, ekonomika makro II, ekonomika pembangunan, dan
ekonometrika. Karena makro ama mikro uda pernah kenalan, maka sekarang, saya
cukup ngenalin ekonomika pembangunan
dan ekonometrika.
First, Economic Development. Kalo kata Pak Todaro, ini
adalah study of how economies are
transformed from stagnation to growth and from low income to high income
status, and overcome problems of absolute poverty (Todaro and Smith,
2012:8). Development Economics has an
event greater scope. Saking greater-nya
saya ngerasa kalo ini ilmu adalah
ilmu campur-campur. Meski demikian, tidak bisa dipungkiri inilah ”si Jali-Jali”
karena Ekonomika Pembangunan adalah basis ilmu untuk konsentrasi Perencanaan
Pembangunan Daerah –konsentrasi yang saya ambil- di MEP UGM. Jadi, kudu bisa!
Second, Econometrics. Literally it means economic
measurements. Ada seni dan (pastinya) analisis yang dicakup oleh econometrics. Ketika Prof Tri Widodo
memperlihatkan buku pegangannya, saya baru ngeh
kalo di semester 1, saya baru dapat basic econometrics. Batin saya, ”Ya
ALLAH, basic-nya aja begini apalagi advance-nya ya?.” Smangkaa..d!
==
Episode Mid Exam
Praktis, di luar
econometrics, mid exam adalah episode dimana saya dituntut untuk ”mengarang indah”.
Fyuh, benar-benar i’m not sure about the result. Bismillah..
==
Episode Final Exam
Di Final Exam, saya ketemu dengan yang
namanya take home exam. Saudara
sebangsa setanah air, ini adalah ”jebakan betmen.” Terlihat mudah, tapi justru
yang paling susah. Tidak hanya materinya, namun juga waktunya yang mepet, membuat take home exam menyedot konsentrasi lebih, padahal masih ada 3 mata
kuliah lain –yang tidak kalah penting. Lessons
learned-nya, take home exam OK, jika
memang materinya sudah jelas dari awal perkuliahan. Jika sudah tinggal seminggu
dari hari H ujian, mendingan di-nego:
ganti dengan ujian tertulis di kelas aja.