Thursday, August 30, 2007

Manusia dan Misteri Sebuah Rasa

Pertama, rasa datang. Dua manusia, dilanda perasaan berdebar. Surat, telephone, sms, chatting, email, bahkan salam melalui seorang teman pun sepertinya tidak bisa menghentikan rasa yang membawa rasa ingin bertemu, mendengar, melihat, atau bahkan hanya sekedar mengetahui, ”Dia sedang ngapain ya?”

somebody please stop the moon from falling down
coz i’m falling in love tonight (tompi)

Kedua, rasa semakin dalam. Dua manusia semakin tak kuasa menahan rasa. Rasa pun menggerakkan bibir untuk mengucap kata sayang, cinta dan setia. Dua manusia pun kini semakin terikat oleh rasa.

I'll stand by you
Won't let nobody hurt you
I'll stand by you
Take me in, into your darkest hour
And I'll never desert you
I'll stand by you (i’ll stand by you, rod stewart)

Ketiga, rasa berganti rupa: ada bosan, benci, setia, komitmen...
Menjadi bosan, rasa pun pergi
Menjadi benci, rasa menutup semua kenangan indah, berganti dendam berkepanjangan
Menjadi setia, rasa mengikat dua manusia semakin dalam
Menjadi komitmen, rasa mengikat dua manusia sampai di ujung usia...

Ah, rasa tak pernah sama.... urutannya bisa jumpalitan tak karuan, belum lagi jika memperhitungkan variabel-variabel turunannya...

gedhek...

Aku bingung nih
Kupikir becanda ternyata serius
Kusangka tidak penting ternyata very much importante..
Kukira sepele ternyata guedhe
Kuhipotesiskan kamu positif A ternyata negatif A
Duh,
Jika saja membaca perasaan semudah membaca abjad ABCD...Z tentu aku tidak akan termehek-mehek karenamu
Jika saja membaca perasaan ada kursusnya, bolehlah kau daftarkan aku ini. Oh ya, kelasnya: (Perasaan) KAMU, Ok..!

ada yang putus dan bersedih
terluka pedih seperti mati
oohh astaga
rapuhnya dunia
dunia cinta

ada yang ingin dan senang bercinta
tapi sudah tak ada
dia yang cantik
ooo astaga
dia memang cantik
menyakitkan

tapi ku lihat ke atas
Tuhan kan baik dan berkata
santai saja
cinta kan datang
santai saja
beri dia waktu
berfikir keras
dan dia kembali padamu (cantik tapi menyakitkan, java jive)


Nah, ini dia,
Jika sudah bisa membaca perasaan, kamu mau ngga sama aku?
Jangan bilang santai saja ya...dah gedhek nih nungguin kamu!

Wednesday, August 29, 2007

to whom it may concern

sebuah ilustrasi
==
”Halo..” (suara cewek 1 dari ujung telpon)
”Ya, Sandra. Ih, seneng degh denger suara kamu. Gi ngapain?” (suara cowok, cuman satu-satunya cowok di sini, dari ujung telpon yang berbeda)
Setelah ngobrol dan ngobral janji, si cowok nutup telpon. Tak berapa lama, telpon kembali berdering
”Halo..” (suara cewek 2)
”Ya, Sandra. Kenapa? Jadi kan?” (suara cowok)
”Sandra? Ini Dewi! Hayo, siapa Sandra! Kamu selingkuh ya?” (suara cewek 2 meninggi)
Cowok, ngeles, kanan kiri. Atas bawah. Cewek 2 luluh hati. Cowok berseru senang dalam hati, ”Yes!”
**
bukan sekali kau salah menyebut namaku
ow ow baby
kau sebut aku dengan nama ramli
padahal kau tahu namaku si tompi (aku tak mau, tompi)
==

Ga usah diterangin panjang lebar, semuanya pasti udah pada mafhum. Maklumlah ilustrasi seperti itu terlalu sering dijumpai di dunia yang penuh "buaya" (baik laki ato perempuan). Paling-paling kita bakal nyeletuk, ”Ah, amatiran sih! Kan udah ada di kamus buaya edisi ke sekian ratus sekian, disebutkan: bahwasanya, untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan bersaaman dengan resminya status mendua, mentiga (bukan mentega, lhoh!), ataopun men-men yang tak terhitung lainnya, maka sangat dianjurkan untuk mengganti kata panggilan ke semua kekasih hati dengan: SAYANG, HONEY, CINTA, BEIB, SWEETY, MANISKU, dan sejenisnya. Tujuannya satu: mencegah terjadinya ’perang dunia’ seperti ilustrasi di atas.”
(hehehe, perasaan ini bukan celetukan degh ya, masak nyeletuk sepanjang ini. Iya kan?...Eits..tunggu dulu! Ndak usah dijawab. Ndak penting, Ok ya..ya..ya..)

So, gimana enaknya nyambung ke paragraf berikutnya, ”Ada masukan? Ayo dong, jangan cuman pasif? Mbok, jadi pembaca tuh sadar dikit. Kasih input. Masukan gitu..”

To whom it may concern (ini sangat jumping kan? Ya iya lah, secara kalian, pembaca, ndak kasih input, sementara masih ada hal penting yang harus dituliskan, ya terpaksalah jumping. Lagipula kalo dipaksakan kayak gini kan enak di semuanya. Saya kelihatan cerdas, bisa nulis panjang. Kalian semua enak karena dapat bahan bacaan lumayan panjang, iya toh? :P)

Yup, ”To whom it may concern” adalah kosakalimat (????) baru yang bisa dimasukkan dalam kamus buaya edisi yang diperbaharui (ck..ck...bahasanya :D ). Kalimat ini cocok digunakan sebagai penutup pada sms atau email yang berbau: Miss U; Kamu Ngangenin Deh; Telpon Dunk!; dsb.

Hehehe, cerdas kan? Cerdik kan atau ?? Terserahlah kalian menamakannya. ”Buaya” emang ga ada matinya! :P

(heran aku, pengen nulis hal sepele kayak gini ajah sampeh berparagraf-pragraf..... :P)

mati angin

Seperti ini ya rasanya "mati angin"? Bingung mau nulis apa, sementara kebutuhan untuk menulis tak pernah hilang (karena banyak hal yang ingin -dan seharusnya bisa- diceritakan dalam bentuk tulisan). Pengennya sih, bisa seperti kata Mr. Hernowo (penulis buku) yang mengatakan (kira-kira begini), ”Menulislah, terus saja, jangan berhenti, nanti kan akan ada ide yang datang.” Tapi apa mau dikata, kemampuan menulis memang masih se-uprit (level beginner, red). Niat nulis juga turun naik, seperti roller coaster. Parahnya, frekuensi membaca pun semakin berkurang. Perfetto isn’t it? :D

Mo nulis apa hayo???
...................(to be continued)*

Ps: * biar keren sih, biar disangkanya ada sambungannya, padahal ya emang segitu aja mampunya, hehehe

Thursday, August 23, 2007

tanpa ujung

nyebelin!
nyebelin ngga sih kalo anda sedang berusaha menyambung komunikasi dengan teknologi yang bernama chat, tapi kemudian tidak tersambung alias si anu-nya sedang oflen.
kalau jawaban anda iya, baguslah! setidaknya, berarti, saya tidak feel alone.
==
memacu adrenalin dengan helm
sesekali, lepaskan helm. kendarai sepeda motor anda di jalan protokol jakarta, berharap-harap cemas luput dari incaran polisi. nikmati sensasinya!
==
wrong time, wrong place..
salah posisi, salah bergerak, salah timing, ya…GOL!
==
Tuhan, aku capek sekali. just need somebody, to be my shoulder to cry on..
==
aku ingin menangis. sekencang mungkin
==
puisi cinta jarak jauh
ah, coba kamu di jakarta! aku pasti tidak akan kecapean menunggu bulan berakhir
==
puisi cinta jarak dekat
....
(ndak ada isinya, lha wong ndak sempet nulis, bawaannya mesra terus.. :p )
==
rasanya susah sekali untuk berdiam. semua mesti, kudu dan harus bergerak. tapi, bukankah hidup itu adalah keseimbangan, jika terus bergerak, kapan aku bisa mereview setiap gerakku, merenungkannya kembali dan menata ulang, jika perlu!
==
ketika waktu berlari, di denyut kehidupan sana. aku melihat anak-anaku berlarian meninggalkanku. tapi anehnya aku yang disana tersenyum lega, sementara aku yang sekarang, tercenung, diam dalam takut
==
aku cinta kamu, sangat, sangat, hanya saja tidak bisa. aku tidak bisa. hatinya terlalu baik untuk dilukai. meskipun, sebenarnya, dengan mencintaimu pun aku telah melukainya. maaf...

jabat tanganku, mungkin untuk yang terakhir kali
kita berbincang tentang memori di masa itu
peluk tubuhku usapkan juga air mataku
kita terharu seakan tidak bertemu lagi

bersenang-senanglah
kar'na hari ini yang 'kan kita rindukan
di hari nanti sebuah kisah klasik untuk masa depan
bersenang-senanglah
kar'na waktu ini yang 'kan kita banggakan di hari tua

sampai jumpa kawanku
s'moga kita selalu
menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan
sampai jumpa kawanku
s'moga kita selalu
menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan

bersenang-senanglah
kar'na hari ini yang 'kan kita rindukan
di hari nanti...

mungkin diriku masih ingin bersama kalian
mungkin jiwaku masih haus sanjungan kalian (sebuah kisah klasih, so7)

==
aneh
lucu ya!
kenapa? di mana lucunya?
lucu aja!
hahaha
kenapa?
pengen aja!
===
semoga tidak terlalu berat :D

Monday, August 20, 2007

beberapa babak di pagi hari ini

Semalam, bapak & ibu mertua, plus adik iparnya mas saya datang dari Yogya. Tanpa agenda, hanya ingin nengok. ”Ndak popo to, mamah kangen je (nda apa-apa kan, mamah kangen sih, red),” kata ibu mertuanya mas saya ketika melihat reaksi kaget seisi rumah.

Saya ndak ingin ngomongnya jadi panjang lebar. Nti jadinya ndak fokus, jadi langsung saja (halah..ini juga nunjukin kalo emang susah ga ngelantur :D ).

Begini, Ok, fokus...ke Ibu mertua! Ibu mertuanya mas saya ini orangnya njawani banget. Baik, ramah, suka ngajak ngobrol (apa aja diobrolin, sumpeh!) dan kalo ngendiko (bicara, red) halus banget. Oh ya, satu lagi, Beliau sangat suka sinetron Soleha.

Cukup (tentang) profile-nya, sekarang masuk ke bab selanjutnya: yang mo diomongin di tulisan ini, yang itu adalah kegemaran Beliau untuk selalu memakai bahasa Jawa (padahal, aseli, lancar berbahasa Indonesia).

Pagi tadi, mbak Ros (pembantu di rumah) datang, pukul 7-an pagi, ketika saya sedang ”sarapan” koran. Oh ya, biar tidak kacau balau berikut adalah profile singkat Si Mbak: (1) Perempuan; (2) Betawi; (3) Ibu 3 anak

babak 1
Di gerbang, Si mbak bertemu ibu mertuanya mas saya (duh, panjang banget, ada yang bisa membantu membuatkan kata ganti yang pas???). Karena belum pernah bertemu sebelumnya, Ibu mertuanya mas saya ini mengira Mbak Ros sebagai tamu. ”Madhosi sinten mbak? (Nyari siapa mbak, red),” tanya Beliau ramah. Mbak Ros yang dari kandungan sampe melahirkan 3 anak belum pernah menginjak tanah jawa dan tidak bisa berbahasa jawa, tentu saja bingung, dan dengan polosnya mengulurkan tangan,”Saya Ros, mbak di sini”.....

babak 2
Mbak Ros sedang mencuci piring di wastafel ketika ibu mertuanya mas saya kembali bertanya, dan lagi-lagi, dalam bahasa jawa, ”Mbak, putrane pinten?”. Mbak Ros yang merasa diajak ngomong tentu saja tentu saja bingung harus menjawab apa (maklumlah, ngga ngerti yang diomongin). Reflek dia menoleh ke arah saya yang sedang memasak mie, ”Mas, ibu ngomong apa?”. ”Ooh..ibu tanya, Mbak Ros anaknya ada berapa?” jawab saya sambil berbisik. ”Tiga bu, laki semua, yang paling besar sudah kerja, yang kedua mbantuin bapaknya di rumah, yang paling kecil masih 4 tahun,” jawabnya panjang. ”Sengaja mas, sekalian, soalnya saya takut kalo ditanyain lagi. Pan kagak ngarti jawa!” ujarnya lirih ke saya.

(Oh, Mbak Ros, Mbak Ros, betapa malangnya dirimu...kau tidak mengerti bagaimana ”perilaku” ibu-ibu [jawa] ketika "mencari" bahan pembicaraan, hahaha)

”Wah, joko (lelaki, red) semua ya. Hampir sama dengan saya. Anak saya lima, nomer satu sampe tiga juga joko. Nah, Ibu (istrinya mas saya, red) itu anak puteri pertama, yang terakhir, eh, puteri juga,” sahut ibu mertuanya mas saya.

(karena ini diucapkan dengan bahasa campuran, Mbak Ros pun merasa tidak perlu bertanya ke saya, apa arti omongan ibu mertuanya mas saya)

”Lhoh, anak saya kagak ada yang Joko, Bu. Yang nomer satu: Riki, nomer 2: Ridwan, terakhir: Samsul” jawabnya segera....

babak 3
Mas dan mbak pergi ke kantor. Menyusul kemudian, saya. Entah bagaimana cerita mereka berdua. Semoga, Ibu mertuanya mas saya, tidak keseringan berucap dalam bahasa Jawa....hahahahaha...

Friday, August 17, 2007

malam (yang) aneh!

14 Agustus 2007
Si Nduk datang lagi. Katanya, ”Aku rindu dengan senyum Mas”. Jadilah kutemani dia semalaman. Awalnya terpaksa, akhirnya, berubah. Aku tersadar, aku butuh si Nduk.

Si Nduk tertidur pulas di sampingku. Sesekali terdengar batuknya. Badannya ternyata tidak sekuat jiwanya. Malam ini hujan turun, rintik-rintik. ”Ah, wajahnya damai sekali,” batinku sambil membetulkan selimut. Aku beringsut, malam terlalu larut. Aku harus segera pulang, tidak enak. Ada banyak mata yang mengawasi. Ada banyak mulut yang akan mengguncingkan, jika aku terus menemaninya.

Di rumah, hujan reda. Aku yang kelelahan tak berdaya melawan kantuk. Kurebahkan tubuhku di atas kasur. Terlelap.

Jarum jam bergerak kencang. Pagi telah datang. Sentuhan lembut di kening membuat kesadaranku tersentak lebih cepat. Si Nduk datang lagi. ”Aku ingin melihat bunga-bunga bermekaran di pagi hari, dari jembatan kembar sebelah rumahmu Mas,” katanya masih dengan menyentuh keningku. Aku takbisa bersuara, hanya mengangguk pelan. Si Nduk tersenyum.

Di jembatan kembar, Si Nduk menggandeng tanganku, erat sekali. Entah darimana datangnya, pagi itu, meski untuk sesaat, jiwaku tenteram....
==
Mimpi yang aneh. Kucoba memutar ulang setiap detil adegan dalam mimpi, tapi, tetap saja, selalu terasa janggal, aneh.

Semalam hujan turun. Sedikit tidak biasa tatkala kemarau telah datang. Seorang teman menemaniku bercengkerama. Menjawab pertanyaan-pertanyaan ”gila” yang sebenarnya tidak jelas fiktif-tidaknya:

  • Boleh ga kawin lari? (jawabnya: TIDAK!)
  • Bisa ga sih putus hubungan tanpa sebuah alasan? (jawabnya: tergantung pada pasangan, tapi sebisa mungkin JANGAN)
  • Boleh ga mutusin sebuah hubungan karena takut tidak bisa membahagiakan pasangan? (jawabnya: tidak menjawab, hanya bilang,”itu kekhawatiran yang wajar”)
  • Boleh ga kangen ke mas-mas? :D (jawabnya: hahahaha!)
  • Sop Iga-nya enak? (jawabnya: SANGAT TIDAK ENAK!)
  • 10 tahun lagi, bagaimanakah kamu? (jawabnya: Seharusnya sudah ada 2 orang anak yang memanggilku Ibu)
  • Kamu sih, ga mau sama aku? (jawabnya: hahahaha, you never ask me!)

”Uncommon people!” ucapnya sambil tersenyum simpul. ”Ah, bilang saja Aneh,” sahutku singkat. Dia sering terbahak, cukup keras, hingga bahunya terguncang dan matanya membentuk garis.

(Lelaki yang aneh. Perempuan yang tidak kalah anehnya. Menghabiskan malam yang aneh pula!)
==
satu detik lalu
dua hati
terbang tinggi lihat indahnya dunia
membuat hati terbawa

dan bawaku kesana
dunia fatamorgana
termanja manja oleh rasa
dan kuterbawa terbang tinggi oleh suasana

dari sudut mata
jantung hati
mulai terjang bisik telinga
coba ingat semua

dan bangunkanlah aku
dari mimpi mimpiku
sesak aku disudut bayang
dan tersingkir dari dunia nyata

dan bangunkanlah aku
dari mimpi indahku
karena anganku berlari
dari rasa yang harus kubatasi

dan kau menawarkan
rasa cinta dalam hati

kutak tahu harus bagaimana untuk hal bermimpi
ataupun lantaran bedakan rasa dan suasana dalam
rangka sayang atau cinta yang sebenarnya

dan bangunkanlah aku
dari buta mataku
jangan pernah lepaskan aku
untuk tenggelam dalam mimpi mimpiku (sebenarnya cinta, Letto)

==
Percuma berbohong. Ada gejolak yang membuat jiwa tidak tentram. Fyuh....

Sudahlah, sudahi saja. Malam ini memang aneh sekali!

***
15 Agustus 2007
Malam yang tidak kalah aneh! Meski tanpa sop iga, perempuan aneh dan perbincangan yang aneh. Hanya hujan, itu pun cuman sebentar. Tapi tetap saja, malam yang (tidak kalah) aneh!
==
Si Nduk (lagi-lagi) datang lagi. Kali ini dia membawa sekeranjang gift: ”U’ re so lucky. U have everything: a job; a girl; a happy family; a life”
==
Kepalaku pusing, SAKI...T BANGET...! Bismika Allahumma Akhya Wa Bismika Amuut. Semoga ada matahari untukku esok pagi...

Monday, August 13, 2007

sing sabar ya nduk!

di ujung lalu
napas terhela
”sing sabar yo nduk!”

”nduk, kamu ndak papa kan?”

nduk menangis
terluka
aku menangis
sama terlukanya
dunia tertawa
tanpa luka

di ujung lalu
napas terhela
”sing sabar yo nduk!”

(another episode of) Bodoh dan Sakit

Entah kebetulan atau bagaimana, tapi yang pasti roda nasib sepertinya menyeret saya untuk segera terbangun, sadar dan bergerak menjauh dari kebiasan buruk menunda-nunda pekerjaan.
==
RNI Stadium, Jakarta
Penunjuk waktu menunjukkan menit ke-22, ketika sebuah bola bergerak liar ke arah deep playmaker tim kuning, yang di partai sebelumnya memberikan sebuah assist indah. Sebuah kondisi yang membahayakan lawan karena pemilik nomor punggung 2 itu, kini, berdiri bebas dan hanya dipisahkan jarak 6 meter dari gawang. Dan, sebuah tendangan first time pelan, mengarah ke sudut akan menjadikan skor imbang 1-1! Sayangnya, itu tidak terjadi. Gara-garanya, pemain itu tidak melakukan first time tapi memilih untuk men-delay beberapa second, mencoba mengecoh kiper. Akibatnya, kesempatan emas itu pun terbuang percuma.
==
Sebuah blog
Seorang calon #1 writer menulis seperti ini: ”Prokrastinasi (= kebiasaan menunda-nunda) bisa menjadi semakin parah ketika kita tidak mampu mengendalikannya”

Ngga usah malu untuk masukin ini ke dictionary otak, lha wong ini emang patut di-add kok. Ato biar ngga keliatan ndheso banget, cukup mbatin kayak saya aja, ”Oh..ini toh istilah kerennya memending-mending (hahaha, ini namanya kawin nekat ala imbuhan me dengn pending!)”.
==
Mari kita berdayakan otak kiri kita!
(Rata-rata) dua pack seminggu. Jika satu pack berisi 16 batang, berarti sudah 24.576 batang rokok yang saya jejalkan asapnya ke paru-paru selama 8 tahun-an perjalanan karir merokok saya (hayah...!).
Itu tadi kalo dihitung per batang, jika dinominalkan –dengan asumsi per batang IDR 500- maka sudah IDR 12.288.000 yang saya ”tabung” di paru-paru.
Bayangkan IDR 12.288.000! Dengan duit ”segedhe” itu, saya sekarang ga perlu repot mikirin kredit Si Ega. Ga perlu juga ngowoh (bengong ga jelas plus putus asa plus ngarep yang tidak bisa diarep, red) ketika melihat Laptop. Pokoknya wuih tenan!
I DONT SMOKE ANYMORE! Sudah jalan, dan, hehehe, ketika ngetik ini, saya merasa lucu sekali, karena (untuk berhenti merokok) ternyata tidak sesulit yang dibayangkan. Cukup mengalahkan keinginan yang dipicu oleh kepala yang telanjur addicted dengan nikotin, pada malam pertama saat memutuskan untuk Stop Smoking, maka GAME OVER! Bye bye Cigarettes.
”Duh kok ya baru sekarang (nyadarnya)???"
**
Kurang dari 20 hari, Insya 4JJI, akan ada tabungan yang bisa dicairkan. Itu artinya, ada puluhan lembar rupiah bergambar Soekarno-Hatta yang bisa dimanfaatkan (untuk berbagai keperluan). Nah, mestinya senang dong? Tapi itulah, manusia memang selalu saja dipenuhi rasa ketidakpuasan. Kepala saya dipenuhi dengan pertanyaan,”Kok cuman segitu sih?”
Saya tidak mau dikatakan sebagai orang yang tidak/kurang bersyukur. Tapi, ya itu tadi,”Kok cuman segitu?” Setelah dirunut-runut, kesalahan memang ada di saya, ”Kenapa tidak dari dulu?”
Bayangkan, jika saya mulai menabung sejak 3 tahun lalu (sejak saya mulai bekerja), dengan nominal yang sama, maka tidak perlu memeras otak kiri untuk mendapatkan kesimpulan bahwa jumlah nominal tabungan akan (minimal) menjadi 3 kali lipat. Kenapa minimal? Ok, mari kita gunakan lebih dalam lagi kecerdasan analitik otak kiri. Dikatakan minimal karena dalam sistem perbankan ada faktor suku bunga (pada perbankan konvensional) atau bagi hasil (perbankan syariah). Adanya faktor ini dipastikan akan menjadikan nominal tabungan menjadi lebih besar daripada ditabung di bawah bantal. Dan karena tabungan yang dipakai adalah semodel tabungan berjangka maka dipastikan pula faktor suku bunga per tahunnya di atas rata-rata tabungan biasa. Belum lagi jika memperhitungkan bahwa tabungan berjangka tidak mengenal yang namanya biaya administrasi.
Jadi cukup jelas kan kalo saya”seolah-olah” menjadi sosok yang tidak/kurang bersyukur?
**
Saya berencana mengambil asuransi (kecelakaan/jiwa). Itu sudah terpikirkan sejak SK pegawai turun (2 tahun yang lalu). Pertimbangannya sederhana, jika terjadi apa-apa pada saya, maka tetap akan ada pasive income yang bisa menjamin kelangsungan hidup saya atau jika-katakanlah- saya meninggal, saya tidak akan merepotkan keluarga dalam mengurus biaya pemakaman. Atau juga – berandai-andai lagi - jika sudah berkeluarga, anak-istri saya tidak akan kelimpungan meneruskan hidup jika something bad happen to me!
Nyatanya, asuransi itu baru saya ambil akhir Juni kemaren. Saya terlalu asyik memelototi angka-angka yang ditawarkan beberapa produk asuransi, lupa bahwa makin lama saya mendaftarkan diri, maka preminya akan semakin tinggi dan insurance cover-nya juga menjadi ”tidak signifikan” lagi (terlebih jika memperhitungkan laju inflasi).
**
OK, sudah cukup perencanaan finansialnya, saatnya membuat hati ingat bahwa syukur itu penting!
Mulai dari something yang biasa sekali: Alhamdulillah, pagi tadi –maaf- buang air besar lancar. Selanjutnya, silakan Anda teruskan dan isi: (1) .... (2)....
==
Back to topik awal, tentang usaha menjauhi prokastinasi (asem ik, susah banget spelling-nya)
(Bekas) teman kuliah saya bercerita, melalui sms, bagaimana amazing pengalaman dirinya ketika melihat seorang ibu, yang juga (bekas) teman kuliah, menyusui her baby. Dalam benak saya, yang kemudian menjadi reply sms, terpikirkan bahwa sang ibu telah ngapling surga. Aseli, bikin iri! Ya iya lah, coba saja, ngapling sorga, bo! Hih....! Bikin gregetetan karena saya jelas-jelas ndak bisa nyusuin...! :P
Lhoh, kok jadi ngelantur ya? :D. Baiklah, begini lho...
  1. Ndak apa-apa telat. Kalo ditanya otak kiri, ”Halooo..kemana aja selama ini?” Jawab aja pake alter ngeles, ”Better late than never” :D
  2. Ndak apa-apa juga kalo memang punya bawaan orok sebagai prokastinator (aseli ini istilah ngawur, gara-gara terinspirasi ama spam email yang berisi alat-alat berakhiran ”or” :D ), yang penting, kudu sadar bahwa ngga semua bawaan orok itu pas dijadikan bawaan gedhe (hayah, apalagi coba?).
  3. Yang terpenting: Sesuatu yang ”terlalu” itu tidak baik. Nah, salah satunya adalah terlalu berteori. So, berhentilah berteori, dan, Do It!

Wednesday, August 1, 2007

tanpa ada maksud untuk direnungkan...

dulu, ketika usia belum beranjak lima, bisa menangis untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan
sekarang, menangis pun tiada guna...
*eh, ngga lah, nangis itu nunjukin bahwa kita ini masih manusia (hoi...[terutama] cowok-cowok, jangan pada belagu, kalo emang sesuatu itu perlu ditangisin ya nangis aja. ndak usah sok kece deh [apa hubungannya coba???])*
ah, jadi pengen nulis ulang puisinya rangga di aadc:
===
kulari ke hutan kemudian menyanyiku
kulari ke pantai kemudian teriakku
sepi…sepi dan sendiri aku benci
ingin bingar aku ke pasar
bosan aku dengan penat
enyah saja kau pekat
seperti berjelaga jika kusendiri
pecahkan saja gelasnya biar ramai biar mengaduh sampai gaduh
ada malaikat menyulam jaring laba-laba belang di tembok ratam putih
kenapa tak kau goyangkan saja loncengnya biar terdera
atau aku harus ke hutan baru pantai
bosan aku dengan penat
dan enyah saja kau pekat
seperti berjelaga jika kusendiri
bosan aku dengan penat
dan enyah saja kau pekat
seperti berjelaga jika kusendiri (ada apa dengan cinta)
==
so, diajeng dan kangmas semua,
  1. ternyata si mick jagger waktu teriak-teriak,”you cant always get what you want”, itu bener banget!
  2. ternyata filsuf jerman dari abad ketiga belas, meister exkhart, yang pernah mengungkapkan dalam karyanya bahwa, “seandainya satu-satunya doa yang kita lantunkan dalam hidup kita adalah `terima kasih`, itu sudah lebih dari cukup,” juga bener juga
  3. ternyata arvan pradiansyah pun benar adanya ketika mengatakan bahwa ada dua hal yang membuat kita tidak bersyukur : (1.) kita sering memfokuskan diri pada apa yang kita inginkan, bukan pada apa yang kita miliki, (2.) membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain
  4. ternyata juga, tidak harus jadi vina panduwinata untuk bisa berbicara dengan bahasa cinta:
    ==
    rindunya hatiku
    ingin kubertemu dengan dambaan hatiku
    kita pun berjanji
    berjumpa malam ini
    daku taksabar lagi menanti
    tapi bila kita bertatapan
    segala ucapan seakan kini tak perlu lagi

    kita bicara dalam bahasa cinta
    tanpa suara
    tanpa sepatah kita
    pelukan asmara mengungkapkan semua
    tanpa suara tanpa kata-kata (bahasa cinta, vina p)
    ==

gimana? masih kurang juga? baiklah ini dia: (duh Tuhan, kebaikan ini masuk kategori amal yang bisa mbawa aku ngapling surga-Mu tidak ya? hehehe, ngarep!)

  1. ternyata, lirik lagu selimut hati-nya dewa tuh keren banget.. (duh, mellow-nya kumat! :P ) :
    aku bisa untuk menjadi apa yang kau minta
    untuk menjadi apa yang kau impikan
    tapi ku tak bisa menjadi dirinya (dewa, selimut hati)
  2. ternyata, lagu-lagu padi ndak ada matinya. kayak yang ini:
    setulusnya aku, akan terus menunggu, menanti sebuah jawaban tuk memilikimu (menanti sebuah jawaban)
    dalam benakku, lama tertanam sejuta bayangan dirimu...semua tak sama, tak pernah sama..tak ada satupun yang mampu menjadi sepertimu..(semua tak sama)

piye, puas ndak? ya ampun..belum jugak! duh, kalian berarti memang harus merenungkan ini:

  1. harta sejati adalah kesehatan, bukan emas dan perak (mahatma gandhi)
  2. kamulyaning urip iku dumunung ono ing tentreming ati (petuah jawa)

dan, sebagai penutup (Ya Tuhan, kalo yang tadi meleset sebagai kebaikan, semoga yang ini tidak. boleh ya? amien...!)

keputusan saya untuk mem-posting ini pun benar adanya. bener begitu kan? :D

ps: buat tantenya aqila, tersenyum yukz! oh ya, kapan kau lamar aku? :D