Monday, December 17, 2007

skenario cinta

”Cinta itu tidak milih orang untuk dicintai. Kamu ga bisa milih pada siapa akan jatuh cinta”

Ucapan di atas telontar dari mulut seorang teman ketika kami sedang berbincang ”ga jelas” dan sampai pada tema: Cinta. Saya tidak setuju dengan itu, tapi apa mau dikata, cinta sepertinya memang ditakdirkan untuk begitu: Datang Tak Diundang.

Cinta itu tidak milih orang untuk dicintai. Ini setidaknya sedikit menjelaskan:
  • Bisa-bisanya Si Beauty ”jadian” dengan Si Beast
  • Bagaimana seorang teman perempuan saya bisa jatuh cinta pada mas-mas berdada bidang sementara ada dada yang tidak begitu bidang menunggu untuk disinggahi
  • Ato kisah mengharu biru di Novel A Walk to Remember. Di sana, diceritakan bahwa seorang Landon yang ”badung dan tidak mempunyai tujuan hidup yang jelas” tak bisa berbuat apa-apa ketika mendapati dirinya jatuh cinta dengan seorang Jamie, seorang gadis ”konservatif” yang menderita Leukimia.

Menantang Cupid
Jika memang Cupid itu ada, dan cinta itu benar tidak memilih orang untuk dicintai, berarti cinta itu datang se-pengen-nya Cupid. Saya kok ngeri ya, meskipun, hanya membayangkannya.

Bayangkan saja, kalo Cupid ngantuk, kemudian dia lupa mengunci busur-panahnya, dan seketika itu pula suratan takdir menggerakkan panah ke jantung ini, mesti bagaimana dong?
  • Kalo panah itu ternyata hanya sebuah saja, tidak sepasang. Ya..apa ndak sengsara awak ni karena bertepuk sebelah tangan (lagi)? [Masak tiap kali karaoke-an saya mesti request Pupus-nya Dewa? Tega nian!]
  • Kalo panah itu nemplok di jantung orang yang sudah berpunya...[hiks..hiks..]
  • Kalo panah itu ternyata nyangkut di mas-mas berotot kawat, bertulang besi dan berdada bidang. Lha apa ndak buahahahahaya....! [Mosok eike mesti melambai sih jeung, hahahaha]

Jadi, sodara-sodara setanah air, sebangsa dan senegara. Sudah saatnya kita bangkit. Hanya satu kata: LAWAN! Bersama Kita Bisa! Marilah, bergandengan tangan kita buat skenario cinta. Yang happy ending, happily ever after, tidak usah mengharu biru, cukupkan diri dengan Film Biru saja, eh salah-salah, maksud saya, skenarionya yang enak. Misalnya: Ini kisah percintaan antara dua anak manusia: Mase dan Mbake. Sejak pertama melihat Mbake, Mase selalu merasa nyeri di rusuknya. Mase, merasa bahwa Mbake adalah tulang rusuk yang hilang. Tapi, tidak dengan Mbake. Sudah ada dua anak kecil dan suami yang membuatnya yakin bahwa dia sudah bahagia. And the bla..bla..bla... Singkat kata singkat cerita, dengan konflik yang dibuat sedramatis mungkin, akhirnya Mase pun mencapai cita-citanya: hidup bersama Mbake. Meskipun cuma sebagai tetangga. Hahahaha...

Sudah-sudah, jadi ngawur. Back to laptop. Pokoke, kita lawan Cupid. Kita bikin skenario yang too good to be true. Eh, sebentar-sebentar...kalo yang too good to be true itu biasanya ga mungkin ya? Tau ah, peduli amat, True Love emang never runs smooth, right? Jadi, yuk...kita buat skenario cinta yang bisa membuat Cupid pensiun dini. Hahahaha...

Catatan kaki
Tapi, ya..mau bagaimana ya? Cinta emang begitu adanya. Satu-satunya harapan adalah dengan ”merayu” Cupid agar melepaskan panahnya to the right person at the right time and at the right place. Jadi...adakah yang tau CP-nya?
:D

Wednesday, December 12, 2007

Qee & Zee

1st Chapter: SD (Part 2)
Seminggu setelah itu, di sekolah, tidak terdengar lagi jeritan anak perempuan yang menangis karena dijaili Qee. Zee, yang bintang kelas, telah mengubah Qee.

Dua bulan berjalan, di tengah-tengah upacara bencera, enam murid berdiri di tengah lapangan, dua diantaranya: Qee dan Zee.
”Kami bangga. Kalian adalah yang terbaik di kelas masing-masing. Saya harap semua yang ada di sini bisa meniru prestasi mereka” Nada puas dan bangga terdengar dari mulut Pak Kepsek
”Akhirnya, aku bisa berdiri di sampingnya,” lirih hati Qee.
[Semua itu tidak penting baginya. Hanya Zee dan Zee]

”Aku, Qee” Qee menjulurkan tangannya ke arah Zee.
”Zee” sahut Zee pendek

Friday, December 7, 2007

Terima Kasih Malaysia

Isu ”pencurian” kebudayaan Indonesia oleh Malaysia menjadi topik yang sedang ”in” di dua bulan terakhir. Pemicunya adalah kemunculan sebuah video clip untuk Visit Malaysia: Truly Asia, dengan theme song –yang ”diklaim” Malaysia sebagai Lagu Asli Malaysia- yang lirik lagunya terdengar sangat mirip dengan Rasa Sayange-nya Nyong Ambon.

”Kericuhan” ini semakin menjadi-jadi seiring ditemukannya beberapa produk kebudayaan Indonesia yang di-aku Malaysia, seperti: Reog, Keris, Batik, Angklung, dan Rendang.
”Perilaku” Malaysia ini kemudian menimbulkan sentimen anti Malaysia yang kuat, terlebih kemudian mencuatlah kembali fakta-fakta ”tercela” Malaysia, seperti: penggunaan kata Indon untuk menyebut orang Indonesia, perlakuan tidak manusiawi terhadap TKI/TKW oleh para majikannya di Malaysia, tindakan asal tangkap oleh RELA (relawan malaysia yang bertugas merazia warga asing yang ”diduga” masuk secara ilegal ke Malaysia), dll. Fakta-fakta yang yang sungguh menyakitkan hati, terlebih jika mengingat bahwa Malaysia ”berhutang” begitu banyak pada Indonesia. Ibaratnya, Malaysia adalah kacang yang lupa pada kulitnya. Tidak mengherankan jika kemudian Visit Malaysia: Truly Asia diplesetkan menjadi Visit Malingsia: Truly Maling Asia.

I’m an Indonesian. Saya mencintai Indonesia, namun ijinkanlah atas nama cinta, saya melihat ”persoalan Malingsia” ini dalam perspektif yang sangat mungkin terdengar ”ganjil” dan berbeda dari majority yang ada.

  • Saya pikir, kita tidak bisa melulu menyalahkan Malaysia. Berandai-andai, jika saya adalah produk budaya dan mempunyai kemampuan untuk mengemukakan pendapat, maka saya akan memilih "di-aku" oleh orang/kelompok/negara yang "merawat dan melestarikan" saya daripada oleh orang/kelompok/negara yang "hanya mengaku-aku sebagai pencipta tanpa pernah peduli bagaimana kelangsungan hidup/eksistensi" saya.
  • Selain itu, saya juga ingin berterima kasih ke Malaysia karena telah membangkitkan "nasionalisme dan kesadaran budaya" sebagian masyarakat Indonesia –yang sebelumnya menguap entah ke mana- melalui program "Caplok Budaya Indonesia"-nya itu.
  • Klaim Malaysia terhadap produk budaya Indonesia secara tidak langsung menunjukkan bahwa Malaysia adalah ”miskin” dan Indoensia adalah ”kaya” secara budaya. Mengutip kalimat Cak Nun, Malaysia terlalu kecil untuk dijadikan lawan. Akan lebih baik jika kita pangku mereka.

Akhirnya, tidak hanya Malaysia yang harus melakukan introspeksi diri, Indonesia pun harus (meng-Introspeksi diri).

Qee & Zee (Prekuel Of Belum Ada Judulnya)

1st Chapter: SD
Duduk di bangku SD, seorang gadis berkepang dua. Zee, begitu teman-teman sekelasnya memanggil. Seorang gadis kecil yang: cantik dan pintar!
Duduk di bangku SD yang sama, seorang bocah kecil. Qee, begitu teman-teman sepermainannya memanggil. Seorang lelaki kecil yang bisa menjadi alasan kenapa banyak ibu-ibu stress: bandel

Qee berjumpa Zee di taman sekolah. Zee mengenakan bicycle pants, datang dengan napas terengah-terengah, menjulurkan tangannya ke Qee. Rambutnya basah. Keringat menetes dari dahinya
”Bagi dong?”
”Ap..pa..?” Si kecil Qee seolah melihat peri kecil turun dari langit
”Itu..” tangan Zee menunjuk botol minuman Qee
Refleks, Qee bergerak, menyodorkan botol minumannya. Matanya masih menyiratkan bahwa dia menggerakkan tangannya tanpa sadar.
”Terima kasih”
Zee pun berlalu, diikuti mata Qee yang bertanya-tanya,”Siapa peri itu?”

Dua hari. Qee mendapati Zee di sebelah kelasnya. ”Dia di kelas 6,” seru hati si Bandel kelas 5, Qee.

Thursday, December 6, 2007

D.U.R.I

Ada duri yang harus kusingkirkan
Nyangkut di tenggorokan
Uf...bener-bener nyusahin

Ada duri yang harus kusingkirkan
Nyangkut di hati
Fiuh...nyusahinnya lebih-lebih

Duri jeruk nipis bisa untuk tusuk gigi
Kata bibi, ”Bisa pula untuk mecahin bisul, tanpa kuatir terinfkesi”
Duri di mawar
Kata para pujangga, ”Kau bagai mawar berduri”
Hahaha...

Tapi, beneran di sini ada duri
Pak Lebai yang mimpin
Aduh, capek deh bo, itu kan Kenduri!

Baiklah, kamu yang disana
Kamu itu bukan duri
Karena kalau kamu duri, hati ini tentu sudah bocor di sana-sini
Terluka, tertusuk olehmu
Kamu itu bukan duri
Karena duri tidak tumbuh dan berakar di hati

Kamu yang disana
Kamu adalah.....
Apa ya? Kutulis segalanya, kau pasti tak percaya
Kutulis cinta, kau pasti mengira aku sedang mengigau
Kutulis belahan jiwa, apalagi...kau pasti akan mencibirku

Kamu yang disana
Kamu bisa membuatku bergetar hanya dengan mengingat namamu
Ber-dag dig dug hanya dengan melihat namamu ketika nge-cek inbox HP
Dan menjadi berlompatan tidak karuan melihat namamu di ”Calling Number”

Kamu yang disana
Berpikir bahwa denganmulah aku akan menghabiskan perjalanan hidup
Berbagi tangis duka, air mata bahagia

Tapi kamu memang ndak bisa menunggu lebih lama ya?

Duh....ada duri nyangkut!

Monday, December 3, 2007

berhentilah merindukanku

Scene #1
”Sakii...tt, Saki...t banget!” Begitu komentar seorang teman ketika rasa kangennya dipertanyakan.

Kangen itu rasanya seperti apa ya? Rasa pengen ketemu? Ato mendengar suaranya? Ato melihat wajahnya? Ato menikmati wangi tubuhnya? Ato..?
Kangen itu ada berapa level ya? Bisakah disamakan dengan bahasa: Fair-Good-Well?
Kangen itu tanda sayang kah? Kalo ya, bisakah ”Aku kangen sekolah lagi?” berarti ”Aku sayang sekolah?”
Kangen itu bisa bikin pipi memerah dan heart beating faster. Benarkah? Kalo ya, kangen itu passion. Begitukah?

Scene #2
”Aku kangen kamu. Gitu aja kok repot!”
Ya repot, wong kangennya salah alamat. Itu jenis yang sakiiii...t dan menyakitkan...!

aku kan menjadi malam-malammu
kan menjadi mimpi-mimpimu
dan selimuti hatimu yang beku

aku kan menjadi bintang-bintangmu
kan s’lalu menyinarimu
dan menghapus rasa rindumu yang pilu

aku bisa untuk menjadi apa yang kau minta
untuk menjadi apa yang kau impikan
tapi ku tak bisa menjadi dirinya

aku kan menjadi embun pagimu
yang kan menyejukkan jiwamu
dan kan membasuh hatimu yang layu

tinggalkan sejenak lalumu
beri sedikit waktu
kepadaku tuk meyakinkanmu

aku kan menjadi malam-malammu
kan menjadi mimpi-mimpimu
dan selimuti hatimu, selimuti hatimu
selimuti hatimu (selimut hati, dewa 19)


Jadi, berhentilah kangen padaku (jika kangennya tak seperti kangen yang kumau..)
:D

Friday, November 30, 2007

new cubicle story: moms & babies conversations

It’s hard to be twenty something dan Lajang! Bukan..bukan! Ini bukan masalah ditanyain,”Kapan Kawin?” ato ”Kapan Nyusul (kawin)?”. Dah ga mempan coy! Beda level dah ama yang ini: Moms & Babies Conversations (!).
Setidaknya ini yang saya rasain sejak nempatin cubicle baru. Bagaimana tidak? Di deretan baru ini saya duduk manis berjejer dengan ibu-ibu muda. Dan itu artinya: Tiada hari terlewatkan tanpa Moms & Babies Conversations (hiks..keluh!).

Dengarkan saja obrolan ini:
”Duh, anak gue kok pup-nya keras ya?”
”Itu sih kurang minum jeung’
”Apaan! Anak gue ngempengnya kuat kok. Guenya aja ampe capek meres”
Lalu belum selese dibahas tiba-tiba seorang ibu muda yang lain nyeletuk
”Eh, gue udah meres seharian, tapi tetep aja, susah banget”
”Coba minum daun katuk deh. Trus di massage: dari atas diurut-urut trus diteken dikit deh di bagian bawah” (ini sambil dengan tanpa sadar mendemonstrasikannya)
”Hihihi...ngapain didemoin? Ada Taqi tuh!”
”Duh, kebiasaan, jadi ga sadar, hahahaha..”
(tinggallah saya-nya yang jadi mesem-mesem sendiri karena mau ga mau pasir masuk ke otak dan menjadikannya sedikit ngeres. Hahahahaha...)
Dan dengan lancarnya obrolan tentang "meres-memeres" itu berlanjut lagi. Keberadaan saya benar-benar ”ga dianggep.”

Ato obrolan yang seperti ini:
Istirahat makan siang di hari Jumat adalah Jalan-Jalan Day buat para ibu-ibu ini. Jalan-jalan Day itu bahasa halus untuk Belanja Day. Artinya..... saya mesti menyiapkan kuping untuk mendengarkan dan menjawab hal-hal seperti ini:
”Taqi...gue beli baju ini nih. Keren kan? Gue beli sepasang. Satu untuk gue satu lagi..”
Di sini biar kelihatan antusias saya motong,” Laki Lu!”
”Yach Lu...Anak gue dong! Kagak liat ukurannya apa?” (dengan muka sedikit cemberut)
”Tapi ga papa. Keren kan? Keren kan? Eh...eh..Lu beli apaan jeung? (sambil berlalu begitu saja meninggalkan saya yang kadung membuka mulut mo menjawab pertanyaannya)
”Gue beli sendal. Untung banget gue. Biasanya yang kayak gini 400-an, ini lagi diskon, yach lumayan lah. Hihihi...”
Dan, kembali saya dicuekin dengan suksesnya....

Sekali, dua kali. Sehari, dua hari. Seminggu, dua minggu, semua conversations itu masih saya tolerir. Paling-paling kalo saya sudah pusing ngedengerinnya, saya pasang earphone, nyanyi kenceng-kenceng. Pokoknya, yang penting, ga denger ajah!

Tapi apa lacur, Tuhan Yang Maha Kuasa menganugerahkan kepada saya dua telinga yang sempurna –yang sangat saya syukuri(!). Dua telinga itu tetep saja tidak bisa menolak mendengarkan another Moms & Babies Conversations ketika salah seorang Ibu Muda datang dengan tergopoh-gopoh di saat istirahat siang menjelang,”Duh Jeung, Jij tahu ga. Gue pusing banget. Baby gue nangis mulu. Badannya panas gitu. Terpaksa deh, nungguin semaleman. Makanya gue telat. Sorry ya!!”
Dan tanpa dikomando, para ibu-ibu mengerubuti ibu muda tadi dan mulai meng-interview layaknya kuli tinta mengejar narasumbernya
”Duh, kenapa? Kasihan amat sih?”
”Udah dibawa ke dokter belum?”
”Sekarang baby lu ama siapa?”
”Ati-ati lhoh, ini kan musim sakit”
”Lu ngapain masuk Jeung. Udah pulang ajah”

Kalimat terakhir ini cukup sakti untuk kemudian dijawab dengan si Ibu Muda (yang anaknya sakit), ”Eh, gitu ya? Ya udah deh. Gue cabut dulu ya! Dagh...”
(Saya pun hanya bisa ber-tuing..tuing..tuing.. :D )

Poin Positif
Memasuki minggu ketiga, saya memilih berdamai dengan kondisi ini. Nimbrung, sok ngerti gitu dech. Kalo ga, ya.. jadi pendengar yang baik. Toh, setelah dipikir-pikir, banyak kok poin positifnya, seperti:
  1. Belajar menjadi Suami & Bapak yang ”Keren”. Just like kata salah seorang Ibu Muda, ”Qi..sekarang jamannya emansipasi. Lu mesti ngerti gimana-gimananya. Nah, enaknya, Lu ga perlu baca buku. Cukup dengerin kami aja, jadi jago deh. Sapa tau malah bisa ngajarin istri Lu. Keren kan?”
  2. Menambah daftar ”menu masakan”: menu ibu hamil, menyusui dan baby. Simple aja: LOVE & CARE....
  3. The most important one is: Menyadarkan pada saya bahwa Never..Never Hurt Your Momma!!! Kasih mereka tiada tara. Believe It!
    Seorang ibu muda ”curhat” bagaimana sakitnya netekin her baby yang mulai tumbuh gigi. Saat mendengar cerita itu memori saya langsung lari ke suatu siang, 21 tahun yang lalu. Siang itu, saya yang sudah TK, berumur 5 tahun, baru saja pulang dari bermain layang-layang. ”Mau mimik...!” teriak saya. Lalu, ibu pun dengan sabarnya membuatkan teh. Tapi, saya -yang sepertinya memang berbakat bandel- berteriak lebih kenceng lagi,”Emoh teh. Mimik susu Ibu!.” So you guys, kebayang dong bagaimana ”sakitnya” ibu saat itu? Tapi yang saya ingat sampai saat ini adalah Ibu tersenyum, kemudian netekin saya sambil mendendangkan shalawatan, sampai saya tertidur di pangkuannya. Hiks...Love U So Much Mom!
  4. Dan, the last one, sebuah bonus (!): dapat kursus massage –yes, that ”one” massage- gratis! Hahahahaha....Hush!! Hahahahaha...

tak bisa hilang....

Aku ingin berbisik lirih, ”Aku sayang kamu”
Tapi keberanianku menguap
Seperti embun tersinari mentari pagi

Ketika keberanian itu datang
Suaraku menghilang
Seperti debu tersapu bayu

Ketika keberanian itu datang
Kau membalikkan badan
Pergi, dan sepertinya, tidak untuk kembali

===
andaikan ku dapat,
mengungkapkan,
perasaan ku,
hingga membuat,
kau percaya
akan ku berikan,
seutuhnya,
rasa cinta ku

selamanya, selamanya (selamanya cinta, yana yulio)

==
I wish I can say it to you: ”Miss You So Much”

genit???

”Kamu Jawa?”
”Yes Mam”
”Hehehe..mata genitmu bukan mata cowok jawa”
”Genit?????”
”Hahaha...ga sadar?”
”Maksudnya genit yang kayak Om-om, gitu?”
”Nope”
”Trus?”
Tidak menjawab, yang muncul hanya sebuah message pendek: Genit = suatu tindakan yang menggoda

Gara-gara itu, hingga saat ini, jika di toilet, saya terkadang suka iseng ngedip-ngedipin mata di depan cermin, sambil berkata dalam hati, ”Genit? Apanya coba????”

Wednesday, November 7, 2007

sigh...

Sore tadi, teman yang jauh di mata, mengirimkan ’pesan cinta’. Katanya, ”Kok blogmu sepi. Kekurangan bahan untuk kontemplasi ya?”

Untuk sesaat, saya tersentak. Entah dia sengaja atau tidak, tapi teman tadi telah mengembalikan ”kesadaran” saya. Pekerjaan membuat semuanya nampak hiruk pikuk, sehingga ”hal-hal kecil” seperti bercengkerama di sela makan siang dengan teman sekantor, ber-say ”Hello” dengan tetangga, bertanya kabar pada beberapa teman lama, sampai (seperti yang dikatakan teman tadi) menulis (di blog), yang sebenarnya menjadi ”penyeimbang” hidup mulai terlupakan.

Ingin sekali menyalahkan waktu. Tapi, tentu saja itu sangat konyol! Tuhan sudah mencukupkan rezeki makhluk-nya dengan waktu 24 jam sehari.

Ah, teman saya tadi benar adanya.
Seribu satu hela telah terbuang sia-sia..

Monday, October 29, 2007

saatnya berdamai

aku memaafkanmu
yang datang dengan tiba-tiba
dan pergi dengan terburu-buru

aku memaafkanmu
karena bergegas dengan semuanya

Friday, October 26, 2007

stress

Saya stress. Itu kata stress’ test pack-nya seorang teman kantor. Saya kemudian membaca petunjuk menghilangkan stress di bagian bawah alat itu: Tarik napas; rileks-kan diri dan pikiran Anda; lakukan gerakan-gerakan ringan dan pijatan ringan di kepala; jika perlu, dengarkan musik untuk membantu proses relaksasi. Lakukan berulang-ulang hingga Anda merasa pikiran Anda sudah tenang kembali. Jika sudah, silakan lakukan test ulang.

Naasnya, meskipun sudah melakukan semua petunjuk, hasil test-nya tetap sama: saya stress (!). Saya yang merasa baik-baik saja, ngeyel, ga terima dikatakan stress –meskipun oleh test pack- mengulangnya lagi. Tiga kali (!). Tapi, test pack itu tetap bergeming, hasilnya sama saja: saya stress.

Untuk beberapa saat saya mengambil napas. Lebih panjang dan lebih pelan dari biasanya. Maklumlah, hasil ini membuat pikiran saya jadi ”stress”. Selesai itu, saya bolak-balik test pack-nya. Mencari petunjuk yang mungkin terlewatkan. Dan, ya oloooooo....ternyata oh ternyata, stress’ test pack ini bekerja berdasarkan suhu tubuh. Makin dingin, makin strees. ”Oalah, pantes aja. Lha gimna ga dingin, blower AC tepat berada di atas ubun-ubun,” pikir saya.

Akhirnya, untuk meyakinkan diri, saya mencari ruangan yang sedikit hangat. Setelah melakukan sedikit SKJ (Senam Kesegaran Jasmani), saya pun melakukan tes ulang. Hasilnya...Alhamdulillah, saya tidak stress.

kiat agar tidak stress
Saya pernah membaca artikel tentang stress. Hanya saja kebanyakan lebih ke ”mengobati” daripada ”mencegah.” stress. Nah, beberapa waktu yang lalu saya beruntung menemukan sebuah artikel menarik. Ditulis oleh Cak Nun di sebuah koran nasional. Kata budayawan Yogya ini, ”Stress itu seperti mahluk hidup. Untuk mencegahnya datang, ya, jangan beri di ruang untuk hidup”.

”Gampang to?” :D

Wednesday, October 24, 2007

rain can't wash away

aku ternyata salah
berharap hujan menghapus jejakmu

terik berkunjung, hujan telah reda
tanah basah kini mengering

ada jejakmu di tanah yang tak lagi basah
tergurat jelas setiap detilnya
dan mengeras..

aku ternyata salah...

amarah yang menggelisahkan

Ada kegeraman yang amat sangat. Kenapa? Kenapa mesti ada amarah yang keluar tanpa kontrol?
Aku gelisah akan amarah ini....

Tuesday, October 23, 2007

Hujan Ge-eR

Di salah satu coretan, saya ”mencemooh” orang yang Ge-eR. Itulah saya. Orang yang suka ”mencemooh”. Tapi tahukah Anda, bahwa ternyata, lagi-lagi, Tuhan menunjukkan kepada saya -yang SOK dan BELAGU ini- bahwa Dia itu Maha Adil. Ya...ya...beberapa waktu yang lalu, saya menjadi sosok yang ke-Ge-eR-an. Dan parahnya, ini terlihat, memper plek, persis sama, seperti sinetron-sinetron di layar TV:

  • berjumpa
  • tuker menuker nomor telp
  • sms-sms-an
  • janji makan-minum
  • mesra-mesraa-an
  • trus... ke-Ge-eR-an dech..

Jadi gedebak-gedebuk hati sendiri jika melihatnya. Ngrasa tiap kali Si Dia tersenyum. Itu hanya untuk saya. Ngrasa bahwa ibarat Nasi Goreng, saya adalah Nasi Goreng Spesial (untuknya). Intinya, (saya) ngrasa dia: Naksir saya!

Padahal, namanya Ge-eR, tentu saja, cuman sayanya saja yang ngrasa. Dianya? TIDAK lah yauw...!

Jeleknya, begitu tahu kalo saya sudah salah duga, karena ke-Ge-eR-an, eh lha kok nyalahin orang lain. Kalo sudah begini, apa bedanya coba, saya dengan orang yang saya "cemooh" (dulu itu).

”Mas, mas, sampeyan itu, jangan buruk rupa cermin dibelah donk,” cetus seorang teman, mengingatkan.
”Iya Mas. Ingat, masih banyak salon yang akan dengan senang hati menerima facial, akupuntur sampe' totok wajah. Pokoknya jangan khawatir dech. Kalo itu ndak bikin sampeyan ganteng enough, mungkin sampeyan bisa nyoba Ketok Magic. Hahaha...” sahut teman yang lain sambil tertawa.
***
You are far
I'm never gonna be your star
I'll pick up the pieces
And mend my heart
Strange that I was wrong enough
To think you'd love me too
You must have been kissin' a fool
I said you must have been kissin' a fool (Kissing A Fool, Michael Buble)

***
Hari ini saya berjanji untuk:

  • Tidak Ge-eR-an (yang tidak penting) lagi kecuali adanya faktor force majeur :D
  • Tidak ”melupakannya” semudah itu (hoi....siapa bilang mudah?)
  • Tidak akan memutus jalinan pertemanan hanya karena cinta yang bertepuk sebelah tangan (btw, jadi inget kalo sebentar lagi seseorang yang pernah menolak saya akan menikah..hehehehe, dipikir-dipikir, dia sadar atau tidak ya, kalo [dengan menolak saya] dia telah melakukan keputusan ter-Benar sepanjang hidupnya :D )
  • Tidak akan ”mencemooh” orang yang Ge-eR, karena Ge-eR itu indah, seperti membaca coretan ini :D
  • Berusaha untuk menahan rindu pada perempuan-perempuan penyebar Ge-eR, kecuali.....hujan turun lagi ;)

***
Yang, hujan turun lagi
Di bawah payung hitam kuberlindung
Yang, ingatkah kau padaku
Di jalan ini dulu kita berdua

Basah tubuh ini, Basah rambut ini
Kau hapus dengan saputanganmu

Yang, rindukah kau padaku
Tak inginkah kau duduk di sampingku
Kita bercerita tentang laut biru
Disana harapan dan impian

Benci, benci, benci tapi rindu jua
Memandang wajah dan senyummu sayang
Rindu, rindu, rindu tapi benci jua
Bila ingat kau sakiti hatiku

Antara benci dan rindu di sini
Membuat mataku menangis

Yang, pernahkah kau bermimpi
Kita bersatu bagai dulu lagi

Tak pernah bersedih, tak pernah menangis
Seperti saat rindu begini (Antara Benci dan Rindu, Ratih Purwasih)

***
:D

Friday, October 19, 2007

marhaban ya jawir....

”Kamu jawa tulen?”
Ini adalah salah satu pertanyaan teraneh yang pernah saya terima dari orang yang pernah bertemu dengan saya, face to face dan ber-conversation ria dalam keadaan sehat wal afiat.

Saya ini jelas dan telah 100% terbukti: JAWA TULEN! Berikut novum-novum dasarnya:

  • Bapak Jawa (+) Ibu Jawa = Saya = Jawa
  • Speak English in Javanesse Dialect = Panjengen kedah kepanggih kulo
    (Dah lah, ndak perlu pake English-english-an. Lha wong ngomong Indonesia saja, huruf: B, D, G, & J-nya medhok kok! Sebegitu medhok-nya sampe-sampe beberapa teman memanggil saya Jawir :D )

Pokoknya, saya bisa buktikan dan kumpulkan bukti-bukti lain. Kalo perlu saya akan hadirkan saksi-saksi yang akan memberikan kesaksian yang sebenar-benarnya kesaksian bahwa saya ini: Jawa.

Ini bukan masalah rasial, cuman saya ndak enak saja kalo keseringan di-mirip-miripin dengan: Al Pacino, Johny Deep, dan Paolo Maldini (hahahaha, ngarep! :D )

Wis lah, tambah rak nggenah mengko. Rinenggo sumunaring suryo wayah ratri, cinondro resik ing wardoyo. Sugeng mangayubagyo Idul Fitri 1428 H, mugi tansah winengku ing karahayon (kalo yang ini, saya ndak bisa nranslate-nya, lha wong cuman nulis ulang sms lebaran seorang teman kuliah yang TOEFL Jawa-nya jauh di atas saya! hahahaha)

Thursday, October 18, 2007

be a recycle bin

Setelah melalui masa training 3 bulanan, berarti ini sudah, uhm.., setengah tahun lebih sedikit lah, saya menerima SK (Surat Keputusan) sebagai Recycle Bin. SK pengangkatan ini ditandatangani oleh teman saya yang sekilas lalu nampak sebagai sosok yang tidak perlu Recycle Bin. Kehidupannya begitu sempurna di mata saya: matang dan mapan, plus anugerah inner beauty yang begitu kuat.

Sebagai Recycle Bin, tugas saya hanya satu: menampung segala keluh kesahnya. Tidak boleh protes, nolak, apalagi ngeluarin mode: "Recycle Bin Full" alias "Please Empty Your Recycle Bin" or "Restore It".

Meski terlihat sepele, sebenarnya, SK ini terasa aneh, karena tipikal saya jelas-jelas bukan Recycle Bin. Bagaimana tidak? Saya terkenal lebih banyak menggunakan mulut daripada telinga, alias lebih sering ngomong dan menguasai forum daripada mendengarkan, meskipun cuman sepatah-dua patah kalimat. Tidak heran jika beberapa teman yang mulai sebel dengan aksi nyerocos saya nyeletuk, ”Gusti Allah emang baik ya, sampeyan dikasih mulut cuman satu. Coba dua, kayak telinga, bisa pecah isi dunia!”

Akibatnya, tidak sampai setengah jam setelah menerima SK, rasa aneh itu berkembang menjadi khawatir. Bukan pada diri sendiri, tapi pada teman saya tersebut. ”Teman sampeyan itu suka sport jantung ya. Kalo saya mah ogah, sampah kok dijadiin tempat sampah,” ketus seorang teman, yang tahu persis bagaimana kelakuan saya ketika ”nyampah”.

Tapi, Tuhan memang Maha Baik. Kekhawatiran saya, ternyata, terlalu berlebihan. Meskipun tidak mulus, tapi sampai sekarang, Alhamdulillah, saya jarang mendapat complain. Bahkan, ketika kemarin hujan turun, sepenggal sms nangkring di Hp saya, ”Hati-hati ya, aku masih perlu kamu sebagai recycle bin”

”Tuh kan?” :D

(buat sang pemberi SK Recycle Bin, aku harap kamu bisa lebih bahagia di sana. Jangan bilang kamu buta tentang bahagia lagi ya.. Oh ya, aku menerima SK itu dengan senang hati dan ikhlas [aseli lho!]. Yach..itung-itung nambah tebel daftar working experience di curriculum vitae amal lah :D )

Tuesday, October 16, 2007

pemimpin yang tidak amanah

Tidak habis pikir. Begitulah yang ada di pikiran saya setiap kali melihat fenomena mudik. Selalu kacau dan terkesan tidak terurusi. Sering saya berpikir, apakah orang-orang ”terhormat” di istana presiden dan DPR itu buta, atau mereka itu memang menikmati adegan:
  1. Keluarga miskin yang mesti menggelar koran di stasiun, untuk memastikan mendapat tiket KA Ekonomi, yang belum tentu jelas duduk-tidaknya
  2. Ibu tua yang berdesakan dan beradu okol dengan pemuda kekar, untuk sekedar (!) bisa masuk ke KA Ekonomi
  3. Anak-anak kecil yang ”duduk manis” di depan bapaknya yang sedang mengendarai sepeda motor. Menerjang dinginnya angin malam dan menghirup asap pekat truk dan bis
ketika momen mudik Lebaran menjelang......

Jika memang harus ada open house, harusnya lah mereka, orang-orang ”terhormat” itu, yang sowan ke rakyat. Menyambangi mereka, satu demi satu, jika perlu! Meminta maaf karena tidak bisa menjadi pemimpin yang amanah.

Lebaran di Ruang Tamu

Dalam putaran hidup saya, ada beberapa tempat yang mendapat ”cap istimewa” di hati. Salah satu tempat itu adalah ruang tamu (bagian dalam).

Ruang tamu (bagian dalam) kami tidak istimewa. Standard saja: dua meja berukuran sedang dan 10 kursi, plus sebuah akuarium, meja kerja Bapak, dan tiga almari untuk Al-Qur’an, ”beberapa” Kitab Kuning, dan koleksi buku Bapak. Di setiap tengah bulan, dua meja dan 10 kursi itu akan bergeser tempat ke halaman. Maklumlah, Bapak mesti ”menemani” belasan ibu (yang rata-rata sudah sepuh) ”belajar agama” dengan cara lesehan.

Di sana pula, saya bersama dengan saudara-saudara saya, beberapa sepupu dan tetangga belajar mengaji Al-Qur’an dengan Bapak. Di sela-sela proses belajar itu, seringkali kami mendapat bonus: pengajian ringan. Istilah sekarang, mungkin, Kultum (kuliah tujuh menit).

Salah satu pengajian ringan itu, saya ingat betul, adalah tentang Lebaran, yang ternyata tidak hanya berarti lebar (selesai, red). Lebaran pada prinsipnya mengandung 4 makna:

  1. Lebaran yang berasal dari kata lebar, yang berarti selesai. Lebaran ini bukan berarti dimaknai semata-mata sebagai selesai berpuasa (Ramadhan). Tapi sebagai ”tanda selesainya masa penggemblengan diri.” Pasca Ramadhan, yang diawali dengan Lebaran, adalah masa untuk menguji hasil proses penggemblengan diri. Apakah, seorang muslim menjadi lebih baik, sama saja atau bahkan lebih buruk.
  2. Laburan yang berasal dari kata labur, yang berarti ”berdandan.” Laburan dalam konteks Lebaran semestinya tidak diartikan sebatas: mematut diri seindah mungkin ketika Lebaran menjelang. Lebih dari itu, Laburan dimaknai sebagai proses menghias diri dengan amalan-amalan yang lebih baik. Sehingga ketika Lebaran datang, bukan hanya lahiriyah-nya saja yang cantik, tapi batiniyah-nya juga.
  3. Loberan yang berasal dari kata lober, yang berarti ”tumpahan/kelebihan”. Loberan dalam Lebaran adalah keikhlasan untuk berderma, mengeluarkan harta dan rejeki yang ”berlebih” untuk disedekahkan kepada yang tidak mampu. Dalam konteks Rukun Islam, inilah yang disebut ZAKAT.
  4. Leburan yang berasal dari kata lebur, yang berarti ”musnah”. Makna Leburan dalam Lebaran adalah kesungguhan hati hati untuk meminta maaf dan memberikan maaf. Permintaan maaf ini, kemudian, oleh sebagian masyarakat disimbolkan dengan makanan khas Lebaran, Kupat (ketupat, red), yang merupakan singkatan dari Ngaku Lepat (mengakui segala kesalahan, red)
    Dan, yang tidak kalah penting, keempat makna tersebut tidak hanya dilakukan pada saat Lebaran thok, tapi setiap saat, sepanjang waktu.

Di lain kesempatan, di ruang tamu (bagian dalam), Ibu dengan kesabaran lebihnya menemani saya mengerjakan PR. Membuatkan prakarya. Menggambar pemandangan alam sesuai permintaan Ibu Guru: gunung dengan matahari + rumah-rumahan sawah + beberapa burung + tiang listrik + petani + sawah (:D). Sampai-sampai (sekarang) setelah saya pikir-pikir, "Kok kayaknya Ibu lah yang sekolah, bukan saya" :D

Begitulah, bagaimana ruang tamu (bagian dalam) telah menjadi salah satu ruang favorit saya.
Kini, Lebaran datang lagi. Saya tidak ada di ruang tamu (bagian dalam), tapi spirit cinta kasih di ruang tamu (bagian dalam) itu Insya 4JJ1 akan terus ada.

Selamat Berlebaran. Mohon dibukakan pintu maaf untuk semua kesalahan, dan semoga kita bisa menjadi manusia yang lebih baik. Minal Aidzin Wal Faizin. Taqabbalallahu Minna Wa Minkum. Taqbbal Ya Kariim.

patah hati...

aku sedang mengumpulkan keberanian untuk bisa memilih jalan terjal bersamamu. namun, aku juga sadar, waktu tak bisa menunggu. aku menghormati keputusanmu, mencabut panah cupid dari hatimu....
(di luar hujan turun dan waktu berputar)
==

usai sudah semua berlalu
biar hujan menghapus jejakmu
terus melangkah melupakanmu (peterpan, menghapus jejak)

Wednesday, October 10, 2007

kangen..

aku kangen rumah.
kangen mencium pipi bapak dan ibu.
bermain karet dengan adik perempuanku

aku kangen rumah
diomelin ibu karena telat shalat isya
dinasehatin bapak karena melewatkan ba'diyah maghrib

aku kangen rumah
dirayu-rayu adik kecilku, "Mas, sepatuku wis sempit ki!"

aku kangen rumah
berkebun dengan Bulik
belanja ke pasar....

aku kangen rumah...

lebaran, 2 tahun kemaren aku menangis karena tidak bisa pulang
dua hari lagi, lebaran, dan aku tidak bisa pulang (lagi)
tidak bisa tidak: aku pasti nangis lagi

aku bener-bener kangen rumah....

ketakutan tak berujung

begitu susah meyakinkan diri bahwa aku adalah orang yang bisa membahagiakan orang lain. Kenapa?
karenaku, tangis begitu mudahnya mengalir dari mata (orang-orang yang kusayangi). Kenapa?
aku takut untuk bersikap layaknya seorang yang menyayangi dengan sepenuh hati. Kenapa?
sungguh-sungguh EGOIS & TAK TAHU DIRI!

Wednesday, September 26, 2007

belum ketemu judulnya #1

”Aku capek Mas! Aku kan cuma manusia biasa!” ujarnya sambil terisak di bahuku
”Iya, manusia biasa. Mas tahu kok!” kataku sambil membelai kepalanya. Berharap bisa sedikit memberi sedikit ketenangan.

Ini bukan yang pertama kalinya dia terisak di bahuku. Hari ini, di ruang tamu, genap sudah dua setengah tahun, bahuku ini kurelakan untuk menjadi tumpahan air matanya. Dan aku semakin mencintainya. Gizcha, gadisku kecilku.

”Kamu sudah makan Mas”
”Sudah, tadi di jalan. Kamu laper ya?”
”He’eh”
Hidungnya yang kecil masih berwarna merah ketika kuusap
”Kumasakin, mau? Bakmi Jawa ala Mas Ganteng-mu iki, gelem ora?”
Gelem, tapi gendong ya”
Tangannya bergerak cepat, melingkar di tubuhku. Kucium keningnya
Supergirl kok alemane ngalahne kucing”
”Ah...dah dibilangin, ndak suka jadi supergirl

Aku tersenyum. Muka merajuk itu terlihat begitu memesona..

(Obrolan pun bergeser setting ke dapur dan ruang makan)


Note:
gelem ora : mau tidak?
gelem : mau
alemane : manjanya
ngalahne: ngalahin

Tuesday, September 25, 2007

last hope

akan tiba saat dimana
huruf tak lagi terangkai menjadi kata
titik tak lagi terhubung menjadi garis
dan, pentas kehidupan tertutup layarnya
saat itu, aku ikrarkan janji kesekian ribu kalinya
”akan ada lagi sekuel cinta kita, yang abadi, tanpa jerat kenisbian”

Monday, September 24, 2007

sebuah jeda

Akhirnya...
Sebuah keputusan -yang sepertinya- sepele tapi cukup berat harus saya ambil: Keluar dari Milis Kuliah (!)

Terima kasih, kepada saudara/saudari NN yang telah merepotkan diri untuk mengirimkan bermacam sms dan email pribadi di sebulan terakhir ini, untuk ”mengingatkan” saya

Akhirnya...
Semua memang untuk kebaikan bersama..

Thursday, September 13, 2007

my journey..

Aku ingin dia
Ndak yang lain
!!!
Tak bolehkah
Tak bisakah
???
Ngga dibagi
Sungguh
!!
Bagaimana
Pake cara apa
??
Hanya ini yang tersisa: ! & ?

Ah, perjalananku masih sangat panjang
Tapi aku ingin mengakhirinya di sini..

aku ingin jari-jarimu menyentuh keningku...
(i love you [!] dan ini makin menggila.. but can we? no, not we, can i?)
**
matahari pagi dan embun yang dingin hari ini
oh indahnya..
ku harus memulai kerinduan lagi hari ini
karena kangenku memang tak tahu malu
apalagi kalau sedang diracun madu
tolong aku... ku tak tahu... oh ku tak mau tahu...

tapi memang senyummu selalu hantuiku
walau ku tak tahu hatimu
oh please jangan pernah kau berhenti hantui aku

hari ini.. oh sejuknya
engkau masih disini isi lamunanku hari ini
oh biar hatiku memang tak mau tahu
apalagi kalau sedang dimabuk rindu
tolong aku...aku mau..ketemu lagi kamu

tapi memang dirimu selalu hantuiku
walau ku tak tahu hatimu
oh please jangan pernah kau berhenti hantui aku

tapi memang dirimu selalu hantuiku
walau ku tak tahu hatimu
oh please jangan pernah kau berhenti

tapi memang dirimu selalu hantuiku
walau ku tak tahu hatimu

oh please jangan pernah kau berhenti hantui aku (hantui aku; letto)

Wednesday, September 12, 2007

jelang romadlon...

saya dan semua alter yang berserakan di dalam diri menyadari bahwa pasti ada banyak salah dalam "pergaulan" dengan sidang pembaca. Mulai dari salah ucap, salah kata, salah bertindak, salah gerak, salah ketik, salah kostum, salah kamar, salah waktu..pokokna salah-salah yang segambreng itu lah!
Mohon dimaafken ya, Please... Eh beneran dimaafin.. Duh, kalian memang pembaca yang pemaaf dan budiman.. :D

Thursday, September 6, 2007

mengulang mimpi

”Brr......atis! (brr..dingin, red) ”desisku begitu keluar dari kamar mandi
”Kok dengaren Le, bengi-bengi adus (ada apa, ngga biasanya kan kamu mandi malam),”kata masku sambil mengecilkan volume Tv. Maklumlah jam di dinding sudah bergerak ke arah 11 malam.
”Lhoh, udah sebulan terakhir kok, Yah, bocah kuwi sregep adus bengi! (lhoh, udah sebulan ini kok Yah, anak itu rajin mandi malam),”sahut mbak iparku yang memang lebih banyak frekuensi perjumpaannya denganku dibanding masku –yang memang sering mendapat tugas malam di kantornya.
”Hehehe..for the sake of love Bos!”kataku sambil ngibrit ke kamar, mencari kehangatan
”Ooh...baguslah, ben nyamuk-e berkurang banyak! (ooh..baguslah, bair nyamuknya berkurang)” sahut masku sambil tertawa

Di kamar aku tersenyum...malam ini aku mandi malam lagi. Dan akan terus melakukannya. Bukan karena nyamuk, tapi karena aku ingin seperti hari-hari sebelumnya (ketika aku mandi di malam hari): (terus) bisa bertemu Si Nduk di malam hari, dan di pagi harinya, Si Nduk mencium keningku, ”Bangun dong sayang, udah pagi.”

ketika alter romantis menyapa

Seorang teman, yang beranggapan bahwa saya seorang yang romantis, meminta tolong agar saya me-list daftar lagu-lagu yang sekiranya bisa membuat temannya teman saya menangis (bahagia) ketika bersanding di altar perkawinan. Teman saya mengatakan bahwa sebenarnya temannya teman saya itu meminta list itu darinya, karena kata temannya teman saya, teman saya itu seorang yang romantis. ”Padahal kan, hahahaha, dia salah besar,” kata teman saya. Menjadi lucu karena teman saya juga salah (tentang saya). ”Aku romantis? Romantis dari Hongkong! Hahaha,” tawa saya dalam hati.

Tapi, ya begitulah, karena saya memang baik, suka menolong, rendah hati, ramah tamah, polos, dan suka menabung (ck..ck..hm...hoek! hahaha) maka saya pun membiarkan segala praduga romantisnya tersebut. Segera saja, saya bermetamorfosis dengan sempurna menjadi sosok yang romantis. Dan...berhasil! Dengan tjara seksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja terkumpullah list lagu-lagu yang (sekiranya) bisa menggetarkan apa saja yang bisa bergetar:



  • saat aku lanjut usia (sheila on 7)

  • hingga ujung waktu (sheila on 7)

  • hanya kamu yang bisa (kerispatih)

  • menikah (java jive)

  • tak sebebas merpati (kahitna)

  • takkan terganti (kahitna)
    permaisuriku (kahitna)

  • akhirnya ku menemukanmu (naff)

  • endless love (mariah carey/diana ross/lionel ritchie)

  • you make my world so colorful (daniel sahuleka)

  • if i didn’t (daniel sahuleka)

  • my valentine (martina mcbride)

  • just the way you are (billy joel)

  • from this moment (shania twain)

  • man, i feel like a woman (shania twain)

  • love (michael buble)

  • everything (michael buble)

  • it had to be you (frank sinatra)

  • cant take my eyes of you (frank sinatra)

  • have i told lately (rod stewart)

  • sometimes when we touch (rod stewart)

  • never find someone like you (keith martin)

  • because of you (keith martin)

  • when a man love a women (michael bolton)

  • i finally found someone (bryan adams & barbra streisand)

  • i will (david foster)

  • i’ll take care of you (steve curtis chapman)

  • something stupid (robbie williams & nicole kidman)

Gilee beneer..saya iseng-iseng memutar semua lagu ini, seharian, ternyata memang Mak Nyuuusz..hm..jangan-jangan saya memang romantis, hahahaha..geblegh!

Monday, September 3, 2007

terseret arus

Sabtu malam, seorang penulis muda mengirimkan sms. Isinya menanyakan tentang poligami. ”Untuk FTV lebaran,” katanya ketika saya menanyakan, ”Emang kenapa (tanya-tanya)?”. Dan, dengan karakternya, tanpa dia beritahu sebelumnya pun, saya cukup yakin bahwa dia ingin ”menonjolkan” sisi negatif poligami

Saya, terus terang saja, merasa kurang begitu sreg dengan rencananya. Bukan karena alasan sederhana seperti, misalnya –ini permisalan saja- saya pro poligami. Sampai alasan picik, seperti misalnya –ini juga permisalan-saya iri. Buat saya, menolak poligami (sebagaimana menerima poligami) adalah sebuah pendapat yang tentunya sah-sah saja untuk dikemukakan. Artinya, saya sadar, sesadar-sadarnya bahwasanya I have no right to say: Dont! Siapa (juga) saya kok ngelarang-larang dia? Lagipula, buat saya, apapun itu, sebuah karya –meskipun masih dalam tataran ide- harus dihargai.

Tapi, ya itu, saya masih saja merasa bahwa ada yang mengganjal di dada, ”Kenapa mesti poligami? Tidak adakah hal lain yang bisa diangkat?”
”Kerisauan” ini didasarkan pada kenyataan bahwa poligami (dalam sudut pandang fikih Islam) adalah ”permasalahan” yang masih ”debatable” Ada ”sejumlah” ulama yang membolehkan, ada ”sejumlah” lain yang menolaknya. Alasannya beragam dan saling meng-counter satu dengan yang lain. Titik perbedaan di antara para ulama’ tersebut adalah menyangkut tafsir atas Surat An-Nisa` ayat 3, termasuk juga perbedaan di dalam mengambil kesimpulan hukum melalui sabab al-nuzul (sebab turun, red) ayat tersebut. Dan, jika begini terus, perdebatan tentang boleh-tidaknya sangat mungkin akan terus berlangsung. Hal ini karena, sebagaimana pandangan Buya Syafi’i Ma’arif, tafsir adalah sesuatu yang mutlak dalam kenisbian.

Kondisi ini mau tidak mau memaksa saya (sebagai pribadi) untuk melihat poligami dari sudut pandang legal-formal, dan itu berarti poligami (dengan segala persyaratannya) adalah sesuatu yang dilegalkan oleh negara ini (lihat UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan). Selesai (pro-kontranya)? Belum! Baru-baru ini ada wiraswastawan dari Jakarta Selatan, bernama M. Insa, mengajukan judicial review terhadap UU ini. Alasannya, UU ini membatasi hak kebebasannya untuk beribadah sesuai agamanya. Nah lho!

So, sepertinya cukup beralasan sekiranya saya terus didera pertanyaan, ”Kenapa mesti (”masalah”) poligami? Tidak adakah hal lain yang bisa diangkat?”

Astaghfirullahal’adliim. Gusti, ampuni hamba-Mu ini. Di saat masih banyak anak-anak yang putus sekolah, kesulitan mendapatkan fasilitas kesehatan, berseliweran di jalanan dan jauh dari kata ”penghidupan yang layak,” kok (saya) malah (ikut-ikutan) ”terseret arus” membahas poligami.

Thursday, August 30, 2007

Manusia dan Misteri Sebuah Rasa

Pertama, rasa datang. Dua manusia, dilanda perasaan berdebar. Surat, telephone, sms, chatting, email, bahkan salam melalui seorang teman pun sepertinya tidak bisa menghentikan rasa yang membawa rasa ingin bertemu, mendengar, melihat, atau bahkan hanya sekedar mengetahui, ”Dia sedang ngapain ya?”

somebody please stop the moon from falling down
coz i’m falling in love tonight (tompi)

Kedua, rasa semakin dalam. Dua manusia semakin tak kuasa menahan rasa. Rasa pun menggerakkan bibir untuk mengucap kata sayang, cinta dan setia. Dua manusia pun kini semakin terikat oleh rasa.

I'll stand by you
Won't let nobody hurt you
I'll stand by you
Take me in, into your darkest hour
And I'll never desert you
I'll stand by you (i’ll stand by you, rod stewart)

Ketiga, rasa berganti rupa: ada bosan, benci, setia, komitmen...
Menjadi bosan, rasa pun pergi
Menjadi benci, rasa menutup semua kenangan indah, berganti dendam berkepanjangan
Menjadi setia, rasa mengikat dua manusia semakin dalam
Menjadi komitmen, rasa mengikat dua manusia sampai di ujung usia...

Ah, rasa tak pernah sama.... urutannya bisa jumpalitan tak karuan, belum lagi jika memperhitungkan variabel-variabel turunannya...

gedhek...

Aku bingung nih
Kupikir becanda ternyata serius
Kusangka tidak penting ternyata very much importante..
Kukira sepele ternyata guedhe
Kuhipotesiskan kamu positif A ternyata negatif A
Duh,
Jika saja membaca perasaan semudah membaca abjad ABCD...Z tentu aku tidak akan termehek-mehek karenamu
Jika saja membaca perasaan ada kursusnya, bolehlah kau daftarkan aku ini. Oh ya, kelasnya: (Perasaan) KAMU, Ok..!

ada yang putus dan bersedih
terluka pedih seperti mati
oohh astaga
rapuhnya dunia
dunia cinta

ada yang ingin dan senang bercinta
tapi sudah tak ada
dia yang cantik
ooo astaga
dia memang cantik
menyakitkan

tapi ku lihat ke atas
Tuhan kan baik dan berkata
santai saja
cinta kan datang
santai saja
beri dia waktu
berfikir keras
dan dia kembali padamu (cantik tapi menyakitkan, java jive)


Nah, ini dia,
Jika sudah bisa membaca perasaan, kamu mau ngga sama aku?
Jangan bilang santai saja ya...dah gedhek nih nungguin kamu!

Wednesday, August 29, 2007

to whom it may concern

sebuah ilustrasi
==
”Halo..” (suara cewek 1 dari ujung telpon)
”Ya, Sandra. Ih, seneng degh denger suara kamu. Gi ngapain?” (suara cowok, cuman satu-satunya cowok di sini, dari ujung telpon yang berbeda)
Setelah ngobrol dan ngobral janji, si cowok nutup telpon. Tak berapa lama, telpon kembali berdering
”Halo..” (suara cewek 2)
”Ya, Sandra. Kenapa? Jadi kan?” (suara cowok)
”Sandra? Ini Dewi! Hayo, siapa Sandra! Kamu selingkuh ya?” (suara cewek 2 meninggi)
Cowok, ngeles, kanan kiri. Atas bawah. Cewek 2 luluh hati. Cowok berseru senang dalam hati, ”Yes!”
**
bukan sekali kau salah menyebut namaku
ow ow baby
kau sebut aku dengan nama ramli
padahal kau tahu namaku si tompi (aku tak mau, tompi)
==

Ga usah diterangin panjang lebar, semuanya pasti udah pada mafhum. Maklumlah ilustrasi seperti itu terlalu sering dijumpai di dunia yang penuh "buaya" (baik laki ato perempuan). Paling-paling kita bakal nyeletuk, ”Ah, amatiran sih! Kan udah ada di kamus buaya edisi ke sekian ratus sekian, disebutkan: bahwasanya, untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan bersaaman dengan resminya status mendua, mentiga (bukan mentega, lhoh!), ataopun men-men yang tak terhitung lainnya, maka sangat dianjurkan untuk mengganti kata panggilan ke semua kekasih hati dengan: SAYANG, HONEY, CINTA, BEIB, SWEETY, MANISKU, dan sejenisnya. Tujuannya satu: mencegah terjadinya ’perang dunia’ seperti ilustrasi di atas.”
(hehehe, perasaan ini bukan celetukan degh ya, masak nyeletuk sepanjang ini. Iya kan?...Eits..tunggu dulu! Ndak usah dijawab. Ndak penting, Ok ya..ya..ya..)

So, gimana enaknya nyambung ke paragraf berikutnya, ”Ada masukan? Ayo dong, jangan cuman pasif? Mbok, jadi pembaca tuh sadar dikit. Kasih input. Masukan gitu..”

To whom it may concern (ini sangat jumping kan? Ya iya lah, secara kalian, pembaca, ndak kasih input, sementara masih ada hal penting yang harus dituliskan, ya terpaksalah jumping. Lagipula kalo dipaksakan kayak gini kan enak di semuanya. Saya kelihatan cerdas, bisa nulis panjang. Kalian semua enak karena dapat bahan bacaan lumayan panjang, iya toh? :P)

Yup, ”To whom it may concern” adalah kosakalimat (????) baru yang bisa dimasukkan dalam kamus buaya edisi yang diperbaharui (ck..ck...bahasanya :D ). Kalimat ini cocok digunakan sebagai penutup pada sms atau email yang berbau: Miss U; Kamu Ngangenin Deh; Telpon Dunk!; dsb.

Hehehe, cerdas kan? Cerdik kan atau ?? Terserahlah kalian menamakannya. ”Buaya” emang ga ada matinya! :P

(heran aku, pengen nulis hal sepele kayak gini ajah sampeh berparagraf-pragraf..... :P)

mati angin

Seperti ini ya rasanya "mati angin"? Bingung mau nulis apa, sementara kebutuhan untuk menulis tak pernah hilang (karena banyak hal yang ingin -dan seharusnya bisa- diceritakan dalam bentuk tulisan). Pengennya sih, bisa seperti kata Mr. Hernowo (penulis buku) yang mengatakan (kira-kira begini), ”Menulislah, terus saja, jangan berhenti, nanti kan akan ada ide yang datang.” Tapi apa mau dikata, kemampuan menulis memang masih se-uprit (level beginner, red). Niat nulis juga turun naik, seperti roller coaster. Parahnya, frekuensi membaca pun semakin berkurang. Perfetto isn’t it? :D

Mo nulis apa hayo???
...................(to be continued)*

Ps: * biar keren sih, biar disangkanya ada sambungannya, padahal ya emang segitu aja mampunya, hehehe

Thursday, August 23, 2007

tanpa ujung

nyebelin!
nyebelin ngga sih kalo anda sedang berusaha menyambung komunikasi dengan teknologi yang bernama chat, tapi kemudian tidak tersambung alias si anu-nya sedang oflen.
kalau jawaban anda iya, baguslah! setidaknya, berarti, saya tidak feel alone.
==
memacu adrenalin dengan helm
sesekali, lepaskan helm. kendarai sepeda motor anda di jalan protokol jakarta, berharap-harap cemas luput dari incaran polisi. nikmati sensasinya!
==
wrong time, wrong place..
salah posisi, salah bergerak, salah timing, ya…GOL!
==
Tuhan, aku capek sekali. just need somebody, to be my shoulder to cry on..
==
aku ingin menangis. sekencang mungkin
==
puisi cinta jarak jauh
ah, coba kamu di jakarta! aku pasti tidak akan kecapean menunggu bulan berakhir
==
puisi cinta jarak dekat
....
(ndak ada isinya, lha wong ndak sempet nulis, bawaannya mesra terus.. :p )
==
rasanya susah sekali untuk berdiam. semua mesti, kudu dan harus bergerak. tapi, bukankah hidup itu adalah keseimbangan, jika terus bergerak, kapan aku bisa mereview setiap gerakku, merenungkannya kembali dan menata ulang, jika perlu!
==
ketika waktu berlari, di denyut kehidupan sana. aku melihat anak-anaku berlarian meninggalkanku. tapi anehnya aku yang disana tersenyum lega, sementara aku yang sekarang, tercenung, diam dalam takut
==
aku cinta kamu, sangat, sangat, hanya saja tidak bisa. aku tidak bisa. hatinya terlalu baik untuk dilukai. meskipun, sebenarnya, dengan mencintaimu pun aku telah melukainya. maaf...

jabat tanganku, mungkin untuk yang terakhir kali
kita berbincang tentang memori di masa itu
peluk tubuhku usapkan juga air mataku
kita terharu seakan tidak bertemu lagi

bersenang-senanglah
kar'na hari ini yang 'kan kita rindukan
di hari nanti sebuah kisah klasik untuk masa depan
bersenang-senanglah
kar'na waktu ini yang 'kan kita banggakan di hari tua

sampai jumpa kawanku
s'moga kita selalu
menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan
sampai jumpa kawanku
s'moga kita selalu
menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan

bersenang-senanglah
kar'na hari ini yang 'kan kita rindukan
di hari nanti...

mungkin diriku masih ingin bersama kalian
mungkin jiwaku masih haus sanjungan kalian (sebuah kisah klasih, so7)

==
aneh
lucu ya!
kenapa? di mana lucunya?
lucu aja!
hahaha
kenapa?
pengen aja!
===
semoga tidak terlalu berat :D

Monday, August 20, 2007

beberapa babak di pagi hari ini

Semalam, bapak & ibu mertua, plus adik iparnya mas saya datang dari Yogya. Tanpa agenda, hanya ingin nengok. ”Ndak popo to, mamah kangen je (nda apa-apa kan, mamah kangen sih, red),” kata ibu mertuanya mas saya ketika melihat reaksi kaget seisi rumah.

Saya ndak ingin ngomongnya jadi panjang lebar. Nti jadinya ndak fokus, jadi langsung saja (halah..ini juga nunjukin kalo emang susah ga ngelantur :D ).

Begini, Ok, fokus...ke Ibu mertua! Ibu mertuanya mas saya ini orangnya njawani banget. Baik, ramah, suka ngajak ngobrol (apa aja diobrolin, sumpeh!) dan kalo ngendiko (bicara, red) halus banget. Oh ya, satu lagi, Beliau sangat suka sinetron Soleha.

Cukup (tentang) profile-nya, sekarang masuk ke bab selanjutnya: yang mo diomongin di tulisan ini, yang itu adalah kegemaran Beliau untuk selalu memakai bahasa Jawa (padahal, aseli, lancar berbahasa Indonesia).

Pagi tadi, mbak Ros (pembantu di rumah) datang, pukul 7-an pagi, ketika saya sedang ”sarapan” koran. Oh ya, biar tidak kacau balau berikut adalah profile singkat Si Mbak: (1) Perempuan; (2) Betawi; (3) Ibu 3 anak

babak 1
Di gerbang, Si mbak bertemu ibu mertuanya mas saya (duh, panjang banget, ada yang bisa membantu membuatkan kata ganti yang pas???). Karena belum pernah bertemu sebelumnya, Ibu mertuanya mas saya ini mengira Mbak Ros sebagai tamu. ”Madhosi sinten mbak? (Nyari siapa mbak, red),” tanya Beliau ramah. Mbak Ros yang dari kandungan sampe melahirkan 3 anak belum pernah menginjak tanah jawa dan tidak bisa berbahasa jawa, tentu saja bingung, dan dengan polosnya mengulurkan tangan,”Saya Ros, mbak di sini”.....

babak 2
Mbak Ros sedang mencuci piring di wastafel ketika ibu mertuanya mas saya kembali bertanya, dan lagi-lagi, dalam bahasa jawa, ”Mbak, putrane pinten?”. Mbak Ros yang merasa diajak ngomong tentu saja tentu saja bingung harus menjawab apa (maklumlah, ngga ngerti yang diomongin). Reflek dia menoleh ke arah saya yang sedang memasak mie, ”Mas, ibu ngomong apa?”. ”Ooh..ibu tanya, Mbak Ros anaknya ada berapa?” jawab saya sambil berbisik. ”Tiga bu, laki semua, yang paling besar sudah kerja, yang kedua mbantuin bapaknya di rumah, yang paling kecil masih 4 tahun,” jawabnya panjang. ”Sengaja mas, sekalian, soalnya saya takut kalo ditanyain lagi. Pan kagak ngarti jawa!” ujarnya lirih ke saya.

(Oh, Mbak Ros, Mbak Ros, betapa malangnya dirimu...kau tidak mengerti bagaimana ”perilaku” ibu-ibu [jawa] ketika "mencari" bahan pembicaraan, hahaha)

”Wah, joko (lelaki, red) semua ya. Hampir sama dengan saya. Anak saya lima, nomer satu sampe tiga juga joko. Nah, Ibu (istrinya mas saya, red) itu anak puteri pertama, yang terakhir, eh, puteri juga,” sahut ibu mertuanya mas saya.

(karena ini diucapkan dengan bahasa campuran, Mbak Ros pun merasa tidak perlu bertanya ke saya, apa arti omongan ibu mertuanya mas saya)

”Lhoh, anak saya kagak ada yang Joko, Bu. Yang nomer satu: Riki, nomer 2: Ridwan, terakhir: Samsul” jawabnya segera....

babak 3
Mas dan mbak pergi ke kantor. Menyusul kemudian, saya. Entah bagaimana cerita mereka berdua. Semoga, Ibu mertuanya mas saya, tidak keseringan berucap dalam bahasa Jawa....hahahahaha...

Friday, August 17, 2007

malam (yang) aneh!

14 Agustus 2007
Si Nduk datang lagi. Katanya, ”Aku rindu dengan senyum Mas”. Jadilah kutemani dia semalaman. Awalnya terpaksa, akhirnya, berubah. Aku tersadar, aku butuh si Nduk.

Si Nduk tertidur pulas di sampingku. Sesekali terdengar batuknya. Badannya ternyata tidak sekuat jiwanya. Malam ini hujan turun, rintik-rintik. ”Ah, wajahnya damai sekali,” batinku sambil membetulkan selimut. Aku beringsut, malam terlalu larut. Aku harus segera pulang, tidak enak. Ada banyak mata yang mengawasi. Ada banyak mulut yang akan mengguncingkan, jika aku terus menemaninya.

Di rumah, hujan reda. Aku yang kelelahan tak berdaya melawan kantuk. Kurebahkan tubuhku di atas kasur. Terlelap.

Jarum jam bergerak kencang. Pagi telah datang. Sentuhan lembut di kening membuat kesadaranku tersentak lebih cepat. Si Nduk datang lagi. ”Aku ingin melihat bunga-bunga bermekaran di pagi hari, dari jembatan kembar sebelah rumahmu Mas,” katanya masih dengan menyentuh keningku. Aku takbisa bersuara, hanya mengangguk pelan. Si Nduk tersenyum.

Di jembatan kembar, Si Nduk menggandeng tanganku, erat sekali. Entah darimana datangnya, pagi itu, meski untuk sesaat, jiwaku tenteram....
==
Mimpi yang aneh. Kucoba memutar ulang setiap detil adegan dalam mimpi, tapi, tetap saja, selalu terasa janggal, aneh.

Semalam hujan turun. Sedikit tidak biasa tatkala kemarau telah datang. Seorang teman menemaniku bercengkerama. Menjawab pertanyaan-pertanyaan ”gila” yang sebenarnya tidak jelas fiktif-tidaknya:

  • Boleh ga kawin lari? (jawabnya: TIDAK!)
  • Bisa ga sih putus hubungan tanpa sebuah alasan? (jawabnya: tergantung pada pasangan, tapi sebisa mungkin JANGAN)
  • Boleh ga mutusin sebuah hubungan karena takut tidak bisa membahagiakan pasangan? (jawabnya: tidak menjawab, hanya bilang,”itu kekhawatiran yang wajar”)
  • Boleh ga kangen ke mas-mas? :D (jawabnya: hahahaha!)
  • Sop Iga-nya enak? (jawabnya: SANGAT TIDAK ENAK!)
  • 10 tahun lagi, bagaimanakah kamu? (jawabnya: Seharusnya sudah ada 2 orang anak yang memanggilku Ibu)
  • Kamu sih, ga mau sama aku? (jawabnya: hahahaha, you never ask me!)

”Uncommon people!” ucapnya sambil tersenyum simpul. ”Ah, bilang saja Aneh,” sahutku singkat. Dia sering terbahak, cukup keras, hingga bahunya terguncang dan matanya membentuk garis.

(Lelaki yang aneh. Perempuan yang tidak kalah anehnya. Menghabiskan malam yang aneh pula!)
==
satu detik lalu
dua hati
terbang tinggi lihat indahnya dunia
membuat hati terbawa

dan bawaku kesana
dunia fatamorgana
termanja manja oleh rasa
dan kuterbawa terbang tinggi oleh suasana

dari sudut mata
jantung hati
mulai terjang bisik telinga
coba ingat semua

dan bangunkanlah aku
dari mimpi mimpiku
sesak aku disudut bayang
dan tersingkir dari dunia nyata

dan bangunkanlah aku
dari mimpi indahku
karena anganku berlari
dari rasa yang harus kubatasi

dan kau menawarkan
rasa cinta dalam hati

kutak tahu harus bagaimana untuk hal bermimpi
ataupun lantaran bedakan rasa dan suasana dalam
rangka sayang atau cinta yang sebenarnya

dan bangunkanlah aku
dari buta mataku
jangan pernah lepaskan aku
untuk tenggelam dalam mimpi mimpiku (sebenarnya cinta, Letto)

==
Percuma berbohong. Ada gejolak yang membuat jiwa tidak tentram. Fyuh....

Sudahlah, sudahi saja. Malam ini memang aneh sekali!

***
15 Agustus 2007
Malam yang tidak kalah aneh! Meski tanpa sop iga, perempuan aneh dan perbincangan yang aneh. Hanya hujan, itu pun cuman sebentar. Tapi tetap saja, malam yang (tidak kalah) aneh!
==
Si Nduk (lagi-lagi) datang lagi. Kali ini dia membawa sekeranjang gift: ”U’ re so lucky. U have everything: a job; a girl; a happy family; a life”
==
Kepalaku pusing, SAKI...T BANGET...! Bismika Allahumma Akhya Wa Bismika Amuut. Semoga ada matahari untukku esok pagi...

Monday, August 13, 2007

sing sabar ya nduk!

di ujung lalu
napas terhela
”sing sabar yo nduk!”

”nduk, kamu ndak papa kan?”

nduk menangis
terluka
aku menangis
sama terlukanya
dunia tertawa
tanpa luka

di ujung lalu
napas terhela
”sing sabar yo nduk!”

(another episode of) Bodoh dan Sakit

Entah kebetulan atau bagaimana, tapi yang pasti roda nasib sepertinya menyeret saya untuk segera terbangun, sadar dan bergerak menjauh dari kebiasan buruk menunda-nunda pekerjaan.
==
RNI Stadium, Jakarta
Penunjuk waktu menunjukkan menit ke-22, ketika sebuah bola bergerak liar ke arah deep playmaker tim kuning, yang di partai sebelumnya memberikan sebuah assist indah. Sebuah kondisi yang membahayakan lawan karena pemilik nomor punggung 2 itu, kini, berdiri bebas dan hanya dipisahkan jarak 6 meter dari gawang. Dan, sebuah tendangan first time pelan, mengarah ke sudut akan menjadikan skor imbang 1-1! Sayangnya, itu tidak terjadi. Gara-garanya, pemain itu tidak melakukan first time tapi memilih untuk men-delay beberapa second, mencoba mengecoh kiper. Akibatnya, kesempatan emas itu pun terbuang percuma.
==
Sebuah blog
Seorang calon #1 writer menulis seperti ini: ”Prokrastinasi (= kebiasaan menunda-nunda) bisa menjadi semakin parah ketika kita tidak mampu mengendalikannya”

Ngga usah malu untuk masukin ini ke dictionary otak, lha wong ini emang patut di-add kok. Ato biar ngga keliatan ndheso banget, cukup mbatin kayak saya aja, ”Oh..ini toh istilah kerennya memending-mending (hahaha, ini namanya kawin nekat ala imbuhan me dengn pending!)”.
==
Mari kita berdayakan otak kiri kita!
(Rata-rata) dua pack seminggu. Jika satu pack berisi 16 batang, berarti sudah 24.576 batang rokok yang saya jejalkan asapnya ke paru-paru selama 8 tahun-an perjalanan karir merokok saya (hayah...!).
Itu tadi kalo dihitung per batang, jika dinominalkan –dengan asumsi per batang IDR 500- maka sudah IDR 12.288.000 yang saya ”tabung” di paru-paru.
Bayangkan IDR 12.288.000! Dengan duit ”segedhe” itu, saya sekarang ga perlu repot mikirin kredit Si Ega. Ga perlu juga ngowoh (bengong ga jelas plus putus asa plus ngarep yang tidak bisa diarep, red) ketika melihat Laptop. Pokoknya wuih tenan!
I DONT SMOKE ANYMORE! Sudah jalan, dan, hehehe, ketika ngetik ini, saya merasa lucu sekali, karena (untuk berhenti merokok) ternyata tidak sesulit yang dibayangkan. Cukup mengalahkan keinginan yang dipicu oleh kepala yang telanjur addicted dengan nikotin, pada malam pertama saat memutuskan untuk Stop Smoking, maka GAME OVER! Bye bye Cigarettes.
”Duh kok ya baru sekarang (nyadarnya)???"
**
Kurang dari 20 hari, Insya 4JJI, akan ada tabungan yang bisa dicairkan. Itu artinya, ada puluhan lembar rupiah bergambar Soekarno-Hatta yang bisa dimanfaatkan (untuk berbagai keperluan). Nah, mestinya senang dong? Tapi itulah, manusia memang selalu saja dipenuhi rasa ketidakpuasan. Kepala saya dipenuhi dengan pertanyaan,”Kok cuman segitu sih?”
Saya tidak mau dikatakan sebagai orang yang tidak/kurang bersyukur. Tapi, ya itu tadi,”Kok cuman segitu?” Setelah dirunut-runut, kesalahan memang ada di saya, ”Kenapa tidak dari dulu?”
Bayangkan, jika saya mulai menabung sejak 3 tahun lalu (sejak saya mulai bekerja), dengan nominal yang sama, maka tidak perlu memeras otak kiri untuk mendapatkan kesimpulan bahwa jumlah nominal tabungan akan (minimal) menjadi 3 kali lipat. Kenapa minimal? Ok, mari kita gunakan lebih dalam lagi kecerdasan analitik otak kiri. Dikatakan minimal karena dalam sistem perbankan ada faktor suku bunga (pada perbankan konvensional) atau bagi hasil (perbankan syariah). Adanya faktor ini dipastikan akan menjadikan nominal tabungan menjadi lebih besar daripada ditabung di bawah bantal. Dan karena tabungan yang dipakai adalah semodel tabungan berjangka maka dipastikan pula faktor suku bunga per tahunnya di atas rata-rata tabungan biasa. Belum lagi jika memperhitungkan bahwa tabungan berjangka tidak mengenal yang namanya biaya administrasi.
Jadi cukup jelas kan kalo saya”seolah-olah” menjadi sosok yang tidak/kurang bersyukur?
**
Saya berencana mengambil asuransi (kecelakaan/jiwa). Itu sudah terpikirkan sejak SK pegawai turun (2 tahun yang lalu). Pertimbangannya sederhana, jika terjadi apa-apa pada saya, maka tetap akan ada pasive income yang bisa menjamin kelangsungan hidup saya atau jika-katakanlah- saya meninggal, saya tidak akan merepotkan keluarga dalam mengurus biaya pemakaman. Atau juga – berandai-andai lagi - jika sudah berkeluarga, anak-istri saya tidak akan kelimpungan meneruskan hidup jika something bad happen to me!
Nyatanya, asuransi itu baru saya ambil akhir Juni kemaren. Saya terlalu asyik memelototi angka-angka yang ditawarkan beberapa produk asuransi, lupa bahwa makin lama saya mendaftarkan diri, maka preminya akan semakin tinggi dan insurance cover-nya juga menjadi ”tidak signifikan” lagi (terlebih jika memperhitungkan laju inflasi).
**
OK, sudah cukup perencanaan finansialnya, saatnya membuat hati ingat bahwa syukur itu penting!
Mulai dari something yang biasa sekali: Alhamdulillah, pagi tadi –maaf- buang air besar lancar. Selanjutnya, silakan Anda teruskan dan isi: (1) .... (2)....
==
Back to topik awal, tentang usaha menjauhi prokastinasi (asem ik, susah banget spelling-nya)
(Bekas) teman kuliah saya bercerita, melalui sms, bagaimana amazing pengalaman dirinya ketika melihat seorang ibu, yang juga (bekas) teman kuliah, menyusui her baby. Dalam benak saya, yang kemudian menjadi reply sms, terpikirkan bahwa sang ibu telah ngapling surga. Aseli, bikin iri! Ya iya lah, coba saja, ngapling sorga, bo! Hih....! Bikin gregetetan karena saya jelas-jelas ndak bisa nyusuin...! :P
Lhoh, kok jadi ngelantur ya? :D. Baiklah, begini lho...
  1. Ndak apa-apa telat. Kalo ditanya otak kiri, ”Halooo..kemana aja selama ini?” Jawab aja pake alter ngeles, ”Better late than never” :D
  2. Ndak apa-apa juga kalo memang punya bawaan orok sebagai prokastinator (aseli ini istilah ngawur, gara-gara terinspirasi ama spam email yang berisi alat-alat berakhiran ”or” :D ), yang penting, kudu sadar bahwa ngga semua bawaan orok itu pas dijadikan bawaan gedhe (hayah, apalagi coba?).
  3. Yang terpenting: Sesuatu yang ”terlalu” itu tidak baik. Nah, salah satunya adalah terlalu berteori. So, berhentilah berteori, dan, Do It!

Wednesday, August 1, 2007

tanpa ada maksud untuk direnungkan...

dulu, ketika usia belum beranjak lima, bisa menangis untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan
sekarang, menangis pun tiada guna...
*eh, ngga lah, nangis itu nunjukin bahwa kita ini masih manusia (hoi...[terutama] cowok-cowok, jangan pada belagu, kalo emang sesuatu itu perlu ditangisin ya nangis aja. ndak usah sok kece deh [apa hubungannya coba???])*
ah, jadi pengen nulis ulang puisinya rangga di aadc:
===
kulari ke hutan kemudian menyanyiku
kulari ke pantai kemudian teriakku
sepi…sepi dan sendiri aku benci
ingin bingar aku ke pasar
bosan aku dengan penat
enyah saja kau pekat
seperti berjelaga jika kusendiri
pecahkan saja gelasnya biar ramai biar mengaduh sampai gaduh
ada malaikat menyulam jaring laba-laba belang di tembok ratam putih
kenapa tak kau goyangkan saja loncengnya biar terdera
atau aku harus ke hutan baru pantai
bosan aku dengan penat
dan enyah saja kau pekat
seperti berjelaga jika kusendiri
bosan aku dengan penat
dan enyah saja kau pekat
seperti berjelaga jika kusendiri (ada apa dengan cinta)
==
so, diajeng dan kangmas semua,
  1. ternyata si mick jagger waktu teriak-teriak,”you cant always get what you want”, itu bener banget!
  2. ternyata filsuf jerman dari abad ketiga belas, meister exkhart, yang pernah mengungkapkan dalam karyanya bahwa, “seandainya satu-satunya doa yang kita lantunkan dalam hidup kita adalah `terima kasih`, itu sudah lebih dari cukup,” juga bener juga
  3. ternyata arvan pradiansyah pun benar adanya ketika mengatakan bahwa ada dua hal yang membuat kita tidak bersyukur : (1.) kita sering memfokuskan diri pada apa yang kita inginkan, bukan pada apa yang kita miliki, (2.) membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain
  4. ternyata juga, tidak harus jadi vina panduwinata untuk bisa berbicara dengan bahasa cinta:
    ==
    rindunya hatiku
    ingin kubertemu dengan dambaan hatiku
    kita pun berjanji
    berjumpa malam ini
    daku taksabar lagi menanti
    tapi bila kita bertatapan
    segala ucapan seakan kini tak perlu lagi

    kita bicara dalam bahasa cinta
    tanpa suara
    tanpa sepatah kita
    pelukan asmara mengungkapkan semua
    tanpa suara tanpa kata-kata (bahasa cinta, vina p)
    ==

gimana? masih kurang juga? baiklah ini dia: (duh Tuhan, kebaikan ini masuk kategori amal yang bisa mbawa aku ngapling surga-Mu tidak ya? hehehe, ngarep!)

  1. ternyata, lirik lagu selimut hati-nya dewa tuh keren banget.. (duh, mellow-nya kumat! :P ) :
    aku bisa untuk menjadi apa yang kau minta
    untuk menjadi apa yang kau impikan
    tapi ku tak bisa menjadi dirinya (dewa, selimut hati)
  2. ternyata, lagu-lagu padi ndak ada matinya. kayak yang ini:
    setulusnya aku, akan terus menunggu, menanti sebuah jawaban tuk memilikimu (menanti sebuah jawaban)
    dalam benakku, lama tertanam sejuta bayangan dirimu...semua tak sama, tak pernah sama..tak ada satupun yang mampu menjadi sepertimu..(semua tak sama)

piye, puas ndak? ya ampun..belum jugak! duh, kalian berarti memang harus merenungkan ini:

  1. harta sejati adalah kesehatan, bukan emas dan perak (mahatma gandhi)
  2. kamulyaning urip iku dumunung ono ing tentreming ati (petuah jawa)

dan, sebagai penutup (Ya Tuhan, kalo yang tadi meleset sebagai kebaikan, semoga yang ini tidak. boleh ya? amien...!)

keputusan saya untuk mem-posting ini pun benar adanya. bener begitu kan? :D

ps: buat tantenya aqila, tersenyum yukz! oh ya, kapan kau lamar aku? :D

Monday, July 30, 2007

bertanyalah pada hati

bertanyalah pada hati...

seberapa sering anda menangis? sekali, dua kali, tiga kali, atau ... berkali-kali?

seberapa sering anda mengatakan, ”ibu, aku sayang ibu!” sekali, dua kali, tiga kali, atau ... tidak pernah sama sekali?

seberapa sering anda mengatakan, ”ayah, aku sayang ayah!” sekali, dua kali, tiga kali, atau ... tidak pernah sama sekali?

seberapa sering anda mengatakan, ”honey, i love you so much!” sejuta kali, dua juta kali, tiga juta kali, atau ... berjuta-juta kali?

VERMAK (LEPIS)

Silakan dibayangkan...
+++
”Bang, tolong dipotong ya! Dua centi-an lah. Eh itu udah dengan lipatannya ya”
”Sebentar ya, orangnya lagi ke dalam”

Tak lama, muncul laki-laki berumur, berkaos oblong, dengan meteran jahitan menggantung di lehernya
”Ini yang di-vermak?”
”Bukan bang, mo dipotong”
”Iya di-vernak, kan?”
”Bukan, di potong, digunting”
”Lha iya, di-vermak. Berapa centi?”
”Dua centi, tapi dipotong ya, bukan di-vermak”
”Lhah ya sama saja atuh, di-vermak mah dipotong juga”
”Ooh...”

Semenjak itu nambah satu kosakata di dictionary otak: Vermak=potong

Di lain hari, dengan tukang jahit yang berbeda
”Bang, ini tolong dikecilin pinggangnya ya, jadi 31. Berapa?”
”Uhm...sepuluh deh!”
”Ok, Saya tunggu ya!”

Dua menit dalam diam
”Eh bang, tadi vermak-nya jadi 31 kan ya?
”Lhoh, bukan di-vermak, dikecilin bang” (ini karena dictionary otak-nya belum di-upgrade, masih vermak=potong)
”Lha iya, sama saja, vermak mah ngecilin”
”Ooh..”
(sambil manggut-manggut sok ngerti, padahal lagi nge-updgrade dictionary otak: vermak= (1) potong; (2) ngecilin)
+++
Dua kejadian yang sudah lama sekali, tapi masih saja bikin tersenyum jika mengingatnya. Semuanya hanya gara-gara sebuah kata: Vermak
===
Vermak. Jika orang yang bisa berbahasa Indonesia dan normal pasti ngeh kalo kata ini artinya permak (memperbaiki, membuatnya menjadi lebih baik, ato kalo orang amrik bilang to make over). Tidak ada masalah kan? Cukup clear. Jadi, sekali lagi, jika orang yang bisa berbahasa Indonesia dan normal pasti ngeh dan tidak akan mempermasalahkan ini, apalagi dibikin tulisannya iya toh? Namun, selalu ada perkecualian. Dan itu..Saya!

Saya sebenarnya cukup fasih berbahasa Indonesia. Buktinya, tulisan ini pun saya tulis dengan bahasa Indonesia, iya kan? Artinya bukan ketidakbisaan bahasa Indonesia-lah yang menjadi sumber masalahnya. Jadi..., jangan, jangan...? Yup, betul! Masalahnya adalah saya tidak normal!

Hush, tenang dan sabar lah dulu, tidak normal bukan berarti gila. Saya waras kok, hanya saja memang sedikit tidak normal:D. Dan ini semua gara-gara Vermak! Lha iya, coba saja, dari mana juntrungnya, permak kok bisa jadi vermak. Ketemu pirang perkoro? (hey, bagaimana men-translate ini ke bahasa indonesia? Uhm...oh iya, bagaimana bisa?)

Tapi, yach karena saya orangnya tidak normal, suka ngomong sendiri (jangan dihina dong! Ini much better daripada ngomongin orang lain, hehehe), maka saya mencoba menganalisis asal muasal kata vermak:
  • Dari bahasa Belanda
    Dalam otak saya, ketika membaca kata Ver-mak (sengaja saya pisah, untuk memberikan tekanan di kata mak) terbayang kalimat ini: ”Negara Indonesia adalah Negara Hukum (rechstaat) bukan negara kekuasaan (machstaat)"
    Nah, dalam analisis ketidaknormalan alias dugaan ngawur saya, Vermak berasal dari kata Vermacht (tolong, diucapkan dengak aksen londho yang kuentel ya :D ). Kok bisa? Ya bisalah. Biasa kan lidah Indische kita keseleo dan mencari yang sekiranya enak diucapin saja. Macht itu susah, karena kalo tidak biasa, bisa-bisa tenggorokan gatel (ga percaya? Coba aja, ngomong macht berulang-ulang, hehehe). Nah, macht itu be-ti (beda-beda tipis, red) dengan Mak, sebuah kata yang sangat membumi. Jadilah vermacht ke vermak.
    So, sekarang adalah tugas Anda semua, pembaca budiman untuk mencari kebenarannya, apakah ada kata Vermacht dalam bahasa belanda, OK! Analisis satu, done! :D
  • Berasal dari (lidah) orang Arab
    Sebelum menjelaskan analisis ketidaknormalan kedua, saya minta maaf. Afwan, afwan (maaf banget, red). Ndak ada niatan menyudutkan atau bermaksud nyenggol-nyenggol SARA (yang ada pengen nyenggol-nyenggol Sarah :P ). Ok ya..Ok.. Nah, di sini ada dua kemungkinan.
    Kemungkinan pertama, pemakai jasa permak jins pertama kali adalah orang Arab. Analisis ketidaknormalan saya ini berdasarkan pada: (1) Jins kan mahal, (2) Orang Arab biasanya sodagar kaya, (3) Sodagar biasanya perhitungan banget sama yang namanya duit. Dari persamaan (1)+(2)+(3) lahirlah kesimpulan sebagai berikut:
    Orang-orang Arab termasuk golongan The Have yang bisa beli jins yang harganya selangit (jaman dulu). Suatu hari, karena suatu sebab yang saya tidak bisa kemukakan di sini (sebenarnya sih, karena tidak tahu :D ) jins yang telah dibeli terlalu panjang, terpaksalah dibawa ke tukang permak (karena kalo beli lagi kan sayang duitnya, ingat persamaan [3]). Di sana dia bertemu dengan tukang permak, dan terjadilah dialog:
    ”Assalamualaikum”
    ”Alaikum salam”
    ”Ane mau verma’ jins. Ujungnya terlalu fanjang, ane mau ente fotong ujungnya”
    ”Beres Wan, ente pengen dipermak (dipotong, red) berapa centi?”
    ”Insya ’Allah tiga centi cukup. Besok ane ambil. Syukron (terma kasih, red) ya”
    ”Iye wan, syukron juga!”
    Setelah orang Arab itu pergi, tukang permak, yang ternyata lulusan sekolah ekonomi ini nyadar kalo kata permak yang diucapkan menjadi Verma’ (tolong diucapkan dengan akhiran huruf ’ain [huruf ke-18 dalam bahasa arab] dengan logat arab yang kuentehel) bisa menjadi Brand yang kuat, karena unique dan orisinalitasnya terjaga (tuh kan, tukang jahit juga sadar Brand :D ). Akhirnya, jadilah kata permak menjadi Vermak :D
    Kemungkinan kedua,
    orang Arab-lah yang pertama kali menjadi penyedia jasa permak jins. Analisis ketidaknormalan saya ini berdasarkan pada: (1) Jins kan mahal, (2) Orang Arab biasanya adalah sodagar, (3) Sodagar, punya naluri bisnis yang kuat, dimana ada peluang bisnis, pasti dibisnis-in, (4) Kebanyakan orang Indonesia sayang ama duitnya. Dari persamaan (1)+(2)+(3)+(4), lahirlah kesimpulan sebagai berikut:
    Suatu hari, one of Indonesian people, sebut saja namanya Kang Parno membeli jins. Entah karena salah waktu fitting, ato emang ngga dapet ukuran yang pas, jadilah, supaya pas di kaki, jins yang dibeli tersebut dibawa ke tukang permak yang kebetulan adalah seorang Arab. Dan terjadilah dialog:
    ”Assalamualaikum”
    ”Alaikum salam”
    ”Ane mo permak jins. Tolong ukuran perutnya dikecilin ya Wan”
    ”Oh..vermak jins. Beres. Sini ane ukur dulu ferut ente. Hm..28.5”
    ”Wan, berapa lama nih!”
    ”Oh, sebentar kok. Ente tunggu aja. Faling-faling seferemfat jam”
    ”Ya sudah ane tunggu”
    Bulan berganti tahun, Kang Parno sudah semakin makmur, sudah menjadi orang ternama, perutnya pun semakin membuncit. Akibatnya, jins kesayangan pun sudah susah untuk dipakai lagi. Tapi karena Kang Parno, sayang duit dan sayang jins, pergilah ia ke orang Arab penyedia jasa permak jins (yang dulunya ngecilin jins-nya). Di sana, terjadilah dialog lagi:
    ”Assalamualaikum”
    ”Alaikum salam”
    ”Wan, tolong di verma’ ya
    (ini sengaja diucapkan oleh Kang parno untuk menghormati penjahit Arab). Perutnya digedein. Ane udah ukur di rumah, 37!”
    ”Beres bos!" (ini juga sengaja diucapkan penjahit Arab karena tahu Kang Parno udah jadi Bos)
    Singkat kata, singkat cerita, sejak saat itu, berkat bantuan Kang Parno dengan jins kesayangannya kalimat Verma’ menjadi terkenal. Akhirnya, jadilah kata permak menjadi Vermak :D

Begitulah, sodara-sodara semuanya. Sekiranya sudah cukup penjelasan dan analisisnya. Jika memang ini benar, ya syukurlah, jika salah, tolong saya jangan di-VERMAK! :D

Friday, July 27, 2007

jalan-jalan khayalan

Jika bisa memutar waktu, kemana sang waktu akan Anda gerakkan?
+++

Siapakah mau ikut, ayo berangkat, pergi denganku
Di hari libur sekarang, pergi jauh, menuju bulan
Jangan lupa banyak-banyak,membawa bekal
Agar tidak kelaparan, di jalanan

Ayo kawan kita berangkat
Naik delman atau onta
Kita rame-rame..pergi ke bulan
Kita rame-rame..pergi ke bulan
Kita rame-rame..pergi..ke..bu..lan.. (Klarinet, Pergi ke Bulan)

Semalam saya memutar arah jarum jam, dengan mesin waktu. Jangan bayangkan mesin waktu dengan alat yang segedhe gambreng, layaknya di film-film Hollywood itu. Jangan pula bayangkan layaknya mesin waktunya Doraemon yang terlihat seperti permadani terbang-nya Aladdin plus stang motor itu. Mesin waktu punya saya portable abiez, di desain seperti jam tangan. User friendly banget, bahkan untuk orang yang gaptek seperti saya.

Waktu sudah saya set, 2001, tengah hari bolong, di musim kemarau. First destination: Toko Tembalang aka TOTEM. Sebuah toko yang kondang markondang di Kawasan Undip Semarang, tempat saya menghabiskan 5,5 tahun untuk berkuliah. Ya, saya memutar waktu kembali ke masa perkuliahan. (Maaf ya, tidak jadi pergi ke bulan, maklumlah adanya mesin waktu, bukan delman ato onta :D )

Dari Totem saya bergerak ke arah warung jus, yang nongkrong tepat di depannya. Di sana saya memesan sebuah jus. Alpukat dengan coklat yang extra banyak. Sambil menunggu jus, saya tersenyum-senyum sendiri. Tidak menyangka sangu sebesar 20.000 mempunyai value yang luar biasa di warung ini. Bagaimana tidak, jika saya kalap jus, saya bisa membuat 20.000 ini bermetamorfosis menjadi 100 gelas jus alpukat, dan itu berarti saya bisa nraktir teman satu angkatan sampe mabok jus. Ruarr biasa!

Senyum saya masih juga terkembang ketika jus alpukat yang manis itu bergerak ke kerongkongan saya. Membayangkan bagaimana dulu, jus alpukat hanya bisa saya nikmati di awal bulan, ketika kiriman uang datang, melalui mesin ATM bertuliskan: (Pecahan) 20.000 (:D), di GSG Tembalang. Membayangkan pula, bagaimana dulu, demi selisih 500 rupiah, saya memilih mengubah jus favorit, dari alpukat ke tomat, jeruk, bahkan tape. Sebuah pilihan yang ternyata juga dilakukan oleh sebagian teman kuliah dan kos, ato ini mungkin memang pilihan sebagian besar mahasiswa/i? :D

Senyum saya tidak berhenti berkembang, karena di tetes terakhir jus, saya mendapati manfaat lain dari mesin waktu portable ini. Saya yang dari masa depan, ternyata secara otomotasi me-replace diri saya di masa itu. Wuih, bener-bener mengingatkan saya pada serial Quantum Leap di episode Dr Sam yang menjadi dirinya sendiri, di masa muda.

Senyum saya kemudian menjadi sebuah cekikikan halus ketika sebuah sms mendarat di HP, ”Ndes, kuliah Tapak ga?” (Hehehe, rasanya sudah sejuta tahun tidak mendengar kata ”Ndes”). ”Aku bolos wae,” jawab saya sambil mesam-mesem ga jelas. Maklumlah, saya kan dari masa depan, jadi tahu dong kalo Tapak itu di dua tahun ke depan akan berubah menjadi seperti acara Midnight-nya Imelda FM Semarang, setiap Malam Jumat. Ada rekor pribadi di kuliah ini. Dikurung di kampus dan...tiga kali ngulang, teteup..CD, bo!. Horror!
Tapi, niat bolos urung terlaksana. Gara-garanya, sebuah sms dari teman kuliah yang lain,”Sing mulang RS loh!”. Jadilah, Kampus PWK Undip sebagai my next destination.

Kampus PWK di tahun 2001, di musim kemarau semakin gersang saja. Saya yang naik my lovely bike, Si Ceper (duh Ceper, i miss you so much. Tega nian maling-maling durjana itu merenggutmu dariku. Semoga engkau tidak betah dengan pemilik barumu, Amin!), rasanya seperti masuk daerah padang pasir. Duh, tinggal kasih kaktus-kaktus, dan sedikit angin panas, maka yakinlah, saya akan berubah menjadi koboi sedang menaiki kuda di Texas sono!

Di pelataran parkir saya melihat mobil RS. Dan itu sudah cukup membuat saya deg-degan, layaknya orang jatuh cinta! Rasa deg-degan, bercampur kegembiraan yang anehnya sulit didefinisikan, membuat saya melewatkan waktu untuk ngobrol dengan Mas Rouf. Melewatkan nongkrong lima menitan di kantin, menikmati mendoan campur bumbu kacang yang aduhai gila uenaknya!

Selesai memarkir Si Ceper, saya bergerak ke Gedung A. Di sana saya melihat gadis tomboy bertas selempang, memakai sneaker, memakai kaos berkerah (hey, kemana kemeja lengan pendek bermotif kotak-kotak orange itu?) berjalan tergesa. Saya bersiap menyapanya, dengan membawa rindu dari masa depan, tapi sebuah tepukan di pundak membuyarkan niat saya, ”Ndes, Tayu piye?”. Kutolehkan kepala. Ternyata, teman kuliah dari ngapak zone. ”Apik, kelompokku jago-jago, hehehe. Eh, kok ga mlebu?” jawab saya sambil bertanya balik. ”Ga ah, nyong pan madang ndisit. Kencot kiyeh” jawabnya sambil mengelus perut yang sepertinya memang berbakat buncit ( :D ). ”Yo wis, aku mlebu sik yo” tukas saya sambil menuju ke ruang perkuliahan. Di sana saya mendapati kalo deg-degan saya semakin menghebat.

Di tikungan kampus, di dekat tangga, saya menarik napas. Di ujung mata, terlihat pintu ruang kuliah tertutup. ”Waduh, telat nih. Masuk ga ya?” pikir saya dalam hati sambil menghitung kancing, berharap mendapatkan bantuan jawaban, layaknya Ujian SPMB. Tapi niat untuk menjumpai RS sepertinya memang terlalu kuat untuk ditahan. Saya pun bergerak ke depan, gagang pintu sudah dalam pegangan. Menunggu untuk diputar. Tapi apa lacur, seiring dengan gerak tangan memutar gagang pintu, alarm mesin waktu saya berbunyi. ”Duh, low-bat Mak!” teriak saya dalam hati. Segera, saya percepat gerakan membuka pintu, tapi waktu sepertinya memang sedang tidak berpihak. Bersamaan dengan masuknya batang hidung, bersamaan dengan itu batteray mesin waktu habis, dan saya pun tersedot pulang, kembali ke masa sekarang.

Saya pulang membawa kekecewaan, gagal bertemu RS. Namun, hanya sesaat, karena setelah dipikir-pikir, selama memutar masa itu, saya lebih banyak tersenyum daripada tidaknya. Dan yang terpenting, mesin waktu pun selalu siap sedia mengantar saya.

Jadi kawan, mesin waktu telah di-charge ulang. Upgrade batteray pun telah dilakukan. Dijamin tahan lama! Siapa mau ikut?

wahai kau yang di sana, kemarilah dan tolonglah dia!

inilah kisahku dengannya, ”supergirl” yang sukanya ”lari-lari” padahal bisa terbang! :D
===
”Penting ya? Perlu ya dibahas?”
”Kudu’. Sadar neng, sadar, hallo..... ada banyak kepala yang penuh tanda tanya di sini, melihat tingkah polahmu yang semakin tidak jelas!”
”Bodo’!”
++
Bukan autis, bukan pula penderita schizophrenia, tapi dia selalu hidup di dunianya sendiri. Memandang langit, berharap ada bintang jatuh, lalu berdoa: "Kau yang di sana, jangan marah (lagi) ya!"

Langit tak lagi jingga, luna telah sempurna. Kau yang di sana, kemarilah dan tolonglah dia!

Kau yang di sana, aku tak kenal dirimu, tapi aku kenal dia. Dia bukan autis, bukan pula penderita schizophrenia, tapi dia selalu hidup di dunianya sendiri. Memutar lagu pungguk merindukan bulan, lalu berdoa pertemanan berganti rupa menjadi percintaan.

Langit sudah memerah, matahari sebentar lagi berhenti berjaga. Kau yang disana, kemarilah dan tolonglah dia!

Ahai...kau yang di sana, tak cukup berhenti marah. Tak cukup pula hanya masang tampang maniez gitu. Dia masih saja hidup di dunianya sendiri. Kemarilah, dan tolonglah dia! Sepertinya benar-benar ada cinta, tidak hanya sekedar online biasa!

Buat kau yang di sana, ”Kau benar-benar nyata? Atau..jangan-jangan kau hanya khayalannya dia?”. Aih..ndak penting ah, bergegaslah kemari dan tolonglah dia! Jangan lupa bawa coklat tiramisu anget ya!
++
”Neng, pulang ya, sudah malem. Besok online lagi. Kalo ada cinta, dia pasti datang”
(Eh kamu yang di sana, kamu datang ya, please. Liat tuh, dia masih ngarep yang tidak pasti-pasti, kasihan kan?)

Thursday, July 26, 2007

jus yang tak manis...

ini cerita tentang...
Namanya RS. Jangan pernah mencarinya. Dia tidak ada. Hanya ada di khayal saya. Bener-bener, beneran fiktif. Jadi, berhentilah menduga-duga, apalagi mengkait-kaitkan nama ini dengan siapa saja yang kelihatannya bisa dikait-kaitkan. Bener-bener, beneran fiktif, OK!

Namanya RS. Duh, please, ini bukan inisial. Hanya karena RS adalah inisial dari seseorang yang pernah membuat saya memerankan diri sebagai secret admirer. RS ”yang ini” bener-bener tidak ada hubunganya dengan RS ”yang itu”. Bener-bener, beneran fiktif, OK!

Tapi, iya, Anda betul jika Anda pikir RS adalah teman berwajah manis semanis jus di balada jus. RS hadir di Fatmawati, tepatnya di dekat RS Fatmawati. Yach, RS muncul di khayal karena di depan RS Fatmawati lah saya bisa memuaskan dahaga jus. Jadi, jelaslah kalo RS itu bener-bener, beneran fiktif. OK!

Meski fiktif, RS adalah teman chat saya. Cuman, ya itu karena fiktif, komunikasi kami menjadi tidak langsung. Karena jika langsung, saya takut dia menjadi tidak fiktif lagi, meski sejujurnya, DEMI TUHAN, jika diberi kesempatan meminta satu permintaan yang pasti terkabul, saya akan meminta ini kepada-NYA. Meminta supaya dia tidak fiktif lagi. Karena saya bener-bener pengen bisa bersamanya. Tidak seperti sekarang ini, terpisah di dunia yang berbeda!

RS dan saya, dua sisi yang berbeda. Saya suka sekali menggunakan perumpamaan, membuat dahi sedikit berkerut, dan sedikit menduga-duga, ”inikah maksudnya?” hanya untuk mengungkapkan segala sesuatunya. Sementara RS adalah sebaliknya. Itulah sebabnya, tak sekali dua kali dia salah mengartikan. Dan, biasanya jika sudah begini, saya yang memang relatif suka berdiam, makin berdiam. Menyembunyikan semua emosi dalam kediaman. Membiarkan dia menerjemahkan semuanya.

RS dan saya, hidup di alur dunia yang tidak sama. Saya suka di-Cih! Gombal! Atau, kata orang, punya cap sebagai buaya. Dia aseli pembenci buaya! Alur dunia yang tak sama ini memaksa kami berkomunikasi dengan cara yang tidak biasa. Saya menulis di sini, dia membacanya. Dia menulis di sana, saya membacanya. Itulah komunikasi kami. Telpon? Jangan harap! Lha wong fiktif kok, gimana mo ngomong langsung. Paling banter berkhayal nelpon ke ”HP-nya”, trus disambut dengan nada sambung pribadi Jadikan Aku yang Kedua-nya Astrid. Dia membaca ini? Semoga saja!

Meski punya cap buaya, saya tidak bisa bergerak cepat, bahkan dari keong sekalipun. Saya juga seorang pengecut yang takut menerjang batas fiktif. Batas fiktif yang sebenarnya sudah saya robohkan tapi muncul lagi karena terngiang kalimatnya akan bayangan masa depan jika kami tidak sekedar menjadi teman chat. Apa kata dunia?

Ya, apa kata dunia? Prek! Dunia paling hanya mencibir. Masyarakat juga hanya bisa mengelus dada, dan membiarkan dokter jiwa memeriksa keadaan psikis saya. Jika beruntung, selamatlah saya. Jika tidak? Ya, sampai jumpa di RS Jiwa!

Fyuh...bener-bener tipis sekali batasan antara fiktif dan tidak, tapi jika cinta yang saya rasa ke RS itu adalah fiktif, maka buat saya tidak ada lagi yang real di dunia ini. Jadi, ”Dear, jika satu saat kau merasa tidak bahagia denganku, maka aku akan siap melepaskanmu. Itu janjiku...”

ini (kira-kira) jawaban ini cerita tentang...
Dia berasal dari dunia nyata. Kemaren sebuah pesannya datang: ini cerita tentang.... Huh, panjang banget, tapi ndak ada isinya, sama sekali! Cinta fiktif, cinta real? Cinta begini! Sudahlah, ngomong sampai berbusa-busa lah sana! Aku tidak percaya. Hentikan saja, jus-mu tidak pernah manis. Hanya di mimpi saja. Sudah ya, sudah, aku capek...Indonesia sudah kalah, jangan kau tambahin dengan kekalahan yang lain lagi.
Baca ini ya!

ini (bukan kira-kira) jawaban ini (kira-kira) jawaban ini cerita tentang...
Akhirnya...maafkan semua salahku ya. Nanti, di kehidupan setelah ini, yang entah benar ada tidaknya, aku akan menjumpaimu, di dusun kasih, di seberang sana, dengan raga yang lebih baik, dengan jiwa yang lebih baik pula, dengan segenggam CINTA KITA! Amin...