Monday, April 14, 2008

terperangkap sunyi

Pukul 12 malam. Di perempatan Trakindo, lampu merah menghentikan laju motorku. Kutarik ke dalam jaketku, berharap kehangatan lebih. Kuedarkan pandangan sesaat. Sepi. Di sampingku hanya ada satu motor: seorang bapak dan anaknya yang masih kecil, di bawah dekapan sang ibu yang membonceng di belakang.

Anak itu lucu sekali, matanya berbinar. Senyumnya terus terkembang, meski dinginnya angin tak berhenti menggigit malam. (Senyum) itu membawa mataku menengok ke dalam hati. Kulihat diriku yang terasing di sudut kediaman, yang kuciptakan sendiri.

Lama, waktu seperti berhenti. Berputar kembali seiring terdengarnya tawa dari bibir si anak kecil, ketika tangan sang ayah menyentuh pinggangya. Aku tersenyum ke arahnya. Berharap sedikit mendapatkan kehangatan (dari mata indahnya). Tapi aku salah. Mata itu tiba-tiba menjadi dingin, dan (seakan) menghujamiku, “Berapa lama kau akan menghukum dirimu (seperti ini)?”

Kupalingkan mata dari matanya, kuringkukkan kembali dalam kediaman..dingin...yang kuciptakan sendiri.

No comments: