Friday, January 17, 2014

Dusta

Ketika mulut ini mengatakan:
Ya, mau bagaimana lagi. Aku ikhlas, ini yang terbaik dari-Nya. Sebenarnya itu adalah dusta.
Ya sudah, kali memang begini jalan-Nya. Itu pun dusta.
Mungkin rejekinya baru ini, yo wis lah, Alhamdulillah. Ini juga dusta.

Jika memang benar ikhlas, nrimo dan legowo, maka semestinya tidak ada embel-embel: ya sudah, yo wis, dan frase-frase lain yang semakna itu. Karena dengan menyampaikannya, maka secara tidak langsung kita memberikan ruang pada ketidakikhlasan untuk ”tampil”. Dan kepasrahan yang kita tunjukkan ke dunia luar pun, tak lebih dari sebuah penenang hati, mung ngayem-ayem, dan mungkin (malah) keluhan (yang) terselubung.

Tapi, ini mending-lah, masih ada ”kadar ikhlasnya”, daripada tidak sama sekali. Namanya juga orang ’awam. Eh, bener ga sih?

No comments: