Thursday, June 21, 2007

lelaki muda dan kunang-kunang

untuk perempuan di ujung malam, semoga kau tak lupa malam ketika gelap menyergap. Malam ketika lampu teras itu padam.
Btw, many thanks untuk mimpi-mimpi itu!
------

Lelaki muda
Listrik padam! Ini berarti udah yang ketiga kalinya, berturut-turut, di jam yang sama, 23.00-an. Damn! PLN emang kampret. Ga tau apa kalo aku sedang "sibuk". "Geus wae lah. Lagian, udah lama pula aku ga nikmatin malam," pikirku sambil bergerak ke teras.

Gelap dan sunyi, tapi rasanya damai. "Ah, sepertinya alam memang sudah tercerabut dari keseharianku," renungku sambil menyalakan rokok.
Hei..! Ada kunang-kunang. Kuning. Cantik sekali. Dia berhenti tepat di depanku. Mengerjap indah. Kumatikan rokokku agar bisa kunikmati keindahannya, seutuhnya.

Byar..! "Yach, listrik nyala!" sungutku. Aku yang masih menikmati gelap sukar menerimanya. Kusaruk langkahku ke kamar. Kumatikan lampu, kunyalakan kembali komputer. Kuputar sebuah lagu:

saat saat seperti ini
pintu tlah terkunci lampu tlah mati
kuingin pulang tuk segera berjumpa denganmu
.....
sesaat mata terpejam tirai imaji membuka
semakin kuterlelap semakin jelas sangat senyuman
tak ingin terjaga sampai aku pulang
sesaat mata terpejam bintang-bintang menari indah
iringi langkahmu rangkai mimpi yang semakin dalam
tak ingin terjaga sampai aku pulang (Ingin Pulang;SO7)

Kukirim sms ke perempuanku, "Makasih ya udah ngirim peri malam untukku. Luv U". Taksampai terlelap, kuterima reply-nya, "Luv U too. Nite"
Kudekap HP, seakan dia adalah perempuanku. Aku tidur.

Kunang-kunang
Kuputari sekali lagi rumah di sudut kompleks itu, B3/34B. "Hm, bener, ga salah ini rumahnya," pikirku senang sambil masuk ke pekarangannya, beristirahat sebentar di daun jendela. "Duh, susah banget sih nyari rumah ini!" keluhku sambil mengusap sayap yang basah karena keringat.

Kuhela napas sebentar. Mengendurkan saraf. Maklumlah, meski bisa terbang cepat. Akan tetapi jarak lintas kota, yang baru saja kulalui ini, tetap saja terasa melelahkan. Tiba-tiba aku teringat embun. Teman mainku. Bermain dengannya selalu bisa menghilangkan kepenatan.
"Embun, dimana kamu. Aku rindu. Bolehkah aku bermain denganmu?" panggilku lirih, takut mengganggu cicak yang sedang terlelap di balik batu-batu kecil pekarangan rumah.
"Aku di sini!" dari arah pohon daun mangga kecil, kudengar jawabnya.
"Baiklah, tunggu ya!" jawabku sambil terbang, pelan, ke arahnya. Belum sampai, aku melihat sosok lelaki muda. Sendirian di kegelapan malam. "Ooh, jangan2 ini lelaki yang harus kutemui, kuhibur dalam mimpi," pikirku sambil terbang mendekatinya. "Cihuy!" seruku senang, setelah memastikan, aku tidak salah orang. "Embun, tunggu sebentar ya. Aku harus menemani lelaki muda ini dulu," ujarku sambil bersiap terbang ke pundaknya, setelah sebelumnya melihat ke arah embun yang terlihat sudah mulai bermain-main di ujung dedaunan.

Belum sempat aku hinggap di pundaknya ketika tiba-tiba pekarangan itu menjadi terang benderang. "Duh silau! Hoi matikan lampunya!" teriakku jengkel. Aku memang benci terang. Terang membuatku seakan telanjang. Terang pula yang membuatku seolah tidak cantik lagi. Segera, aku terbang secepatnya. Teriakan embun tak kupedulikan. Di balik tumpukan batu di sudut pekarangan, aku berlindung.

Hanya sesaat, ketika kemudian kulihat lelaki muda itu menyaruk langkah menuju kamar depan. Sebentar lampu kamar mati. Sayup-sayup terdengar sebuah lagu

kuingin kau tau
kubergetar merindukanmu
hingga pagi menjelang (S07)


Tak menunggu lama aku terbang ke jendela, "Yeah, aku bisa menyelesaikan tugasku sekarang". Dari arah jendela, kulihat lelaki muda itu. Tidur mengulum senyum. Didekapnya Hp dengan erat. Rasa penasaran menggerakkan sayapku, mengintip layar HP, "Luv U too. Nite." Tak menunggu lama, kukepakkan sayapku kembali. Terbang melalui jendela yang terbuka, "Hmm, sepertinya tugasku sudah selesai malam ini. Embun tungguin aku ya!"

note: geus wae lah = ya sudahlah, aku keluar

No comments: