Tuesday, April 15, 2014

Jakal the Jagal?



Wuih, waktu memang berkelebat dengan cepat dan Maret adalah bulan yang sibuk. Sempurna sebagai sebuah alasan untuk tidak menulis ;)

Enough. Time to write again. Ini pun nyolong-nyolong. Semester 3 ini, bener-bener deh! Tanpa basa basi, semua dosen dengan senyum tersungging mengirim badai tugas. Satu quote yang saya ”demen banget” dengernya, ”Liburan, mudik? Kuno!” dilanjutkan dengan ”Udah pesen tiket? Batalin!”  Maka, saya –dan teman sekelas- pun liburan semester 2 dengan membawa tugas. Keadaan kahar memaksa ada satu mata kuliah yang dilanjutin ke semester 3, meskipun semester 2 sudah selesai. Fyuh..!

Eh, ngemeng-ngemeng, saya masih belum upload yang cerita semester 1 ya? Sabar ya. Udah ready kok tinggal nunggu release-nya aja. Ini saya mau nulis satu hal menarik dan rada serius. Jarang-jarang kan saya nulis serius :D
--

Gersang dan mematikan. Itulah gambaran yang saya dapatkan pada ruas jalan ini. Siang hari, gelombang motor dan mobil berebut tempat. Kala malam mulai sedikit larut, deru kuda-kuda besi yang melewatinya, mengingatkan saya pada sebuah sirkuit. Raungan sirine ambulance yang rutin wira-wiri (ke dan dari RSUP Sardjito) menguatkan aura mematikan jalur ini.

JAKAL. Itu nama ruas jalan ini. Akronim keren dari Jalan Kaliurang. Terbentang sepanjang ±30 km, JAKAL adalah salah satu ruas jalan vital di Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Sayangnya, JAKAL tidak sekeren namanya. Setidaknya ada dua sisi gelap darinya, terutama pada penggal KM. 4,5 (perempatan Magister Manajemen UGM) sampai dengan Km 6 (Ring Road Utara).

Sisi gelap pertama: gersang. Nyaris tak ada pohon di sepanjang jalan ini. Palem-palem dalam pot semen ukuran ±50 cm, dibiarkan layu. Mati. Kala siang sedang terik, ruas jalan ini laksana Jalur Gaza: panas dan kering.

Sisi gelap kedua: mematikan. Tak sekali saya melihat kecelakaan di ruas jalan ini. Dalam 3 hari ini saja, tepat di depan mata, saya melihat dua kali sepeda motor ndlosor. Sekali, di malam hari di dekat Bank Bukopin, ketika sebuah mobil dengan suksesnya memaksa seorang bapak tua pesepeda motor mencium aspal jalanan. Lainnya, ketika seorang ibu –yang sedang membonceng anak balitanya- ditabrak pesepeda motor di depan Toko Cahaya, sekira 50 m dari lampu merah MM UGM.

Sisi mematikan lainnya adalah ketiadaan tempat penyeberangan. Tidak usah bicara tentang jembatan penyeberangan, zebra corss-pun nyaris tidak ada. Para pejalan kaki dipaksa bertaruh nyawa setiap kali hendak menyeberang. Hih...!

Selesai menulis paragraf diatas, somehow, saya tiba-tiba teringat pada Film Jagal: The Act of Killing. Jakal the Jagal? Semoga tidak!

No comments: