Friday, December 7, 2007

Terima Kasih Malaysia

Isu ”pencurian” kebudayaan Indonesia oleh Malaysia menjadi topik yang sedang ”in” di dua bulan terakhir. Pemicunya adalah kemunculan sebuah video clip untuk Visit Malaysia: Truly Asia, dengan theme song –yang ”diklaim” Malaysia sebagai Lagu Asli Malaysia- yang lirik lagunya terdengar sangat mirip dengan Rasa Sayange-nya Nyong Ambon.

”Kericuhan” ini semakin menjadi-jadi seiring ditemukannya beberapa produk kebudayaan Indonesia yang di-aku Malaysia, seperti: Reog, Keris, Batik, Angklung, dan Rendang.
”Perilaku” Malaysia ini kemudian menimbulkan sentimen anti Malaysia yang kuat, terlebih kemudian mencuatlah kembali fakta-fakta ”tercela” Malaysia, seperti: penggunaan kata Indon untuk menyebut orang Indonesia, perlakuan tidak manusiawi terhadap TKI/TKW oleh para majikannya di Malaysia, tindakan asal tangkap oleh RELA (relawan malaysia yang bertugas merazia warga asing yang ”diduga” masuk secara ilegal ke Malaysia), dll. Fakta-fakta yang yang sungguh menyakitkan hati, terlebih jika mengingat bahwa Malaysia ”berhutang” begitu banyak pada Indonesia. Ibaratnya, Malaysia adalah kacang yang lupa pada kulitnya. Tidak mengherankan jika kemudian Visit Malaysia: Truly Asia diplesetkan menjadi Visit Malingsia: Truly Maling Asia.

I’m an Indonesian. Saya mencintai Indonesia, namun ijinkanlah atas nama cinta, saya melihat ”persoalan Malingsia” ini dalam perspektif yang sangat mungkin terdengar ”ganjil” dan berbeda dari majority yang ada.

  • Saya pikir, kita tidak bisa melulu menyalahkan Malaysia. Berandai-andai, jika saya adalah produk budaya dan mempunyai kemampuan untuk mengemukakan pendapat, maka saya akan memilih "di-aku" oleh orang/kelompok/negara yang "merawat dan melestarikan" saya daripada oleh orang/kelompok/negara yang "hanya mengaku-aku sebagai pencipta tanpa pernah peduli bagaimana kelangsungan hidup/eksistensi" saya.
  • Selain itu, saya juga ingin berterima kasih ke Malaysia karena telah membangkitkan "nasionalisme dan kesadaran budaya" sebagian masyarakat Indonesia –yang sebelumnya menguap entah ke mana- melalui program "Caplok Budaya Indonesia"-nya itu.
  • Klaim Malaysia terhadap produk budaya Indonesia secara tidak langsung menunjukkan bahwa Malaysia adalah ”miskin” dan Indoensia adalah ”kaya” secara budaya. Mengutip kalimat Cak Nun, Malaysia terlalu kecil untuk dijadikan lawan. Akan lebih baik jika kita pangku mereka.

Akhirnya, tidak hanya Malaysia yang harus melakukan introspeksi diri, Indonesia pun harus (meng-Introspeksi diri).

No comments: