Saturday, December 14, 2013

saddle on the back



Desember, minggu kedua. Langit Jogja kini semakin akrab dengan hujan. Bumi, basah.
-
Hari ini, hujan (lagi). Di dalam ruang kuliah, suara teman yang sedang mempresentasikan International Trade Theory and Development Strategy terdengar seperti suara lebah yang berdengung. Tidak jelas.

Di sela presentasi, aku mulai menulis tentang lelaki yang gelisah dan tak bisa membagi kegelisahannya. Aku menulis tentang Bapak.

==
Pagi yang muram di ufuk timur. Basah. Sisa hujan semalam. Ditemani kopi panas, aku melanjutkan menulis, tentang lelaki yang gelisah.
==

Menghentikan bis selepas subuh. Lelaki 72 tahun itu mengulang ritmenya. ”Bapak ke Lasem. Sendiri” begitu bunyi pesan ekplisitnya. Implisitnya, aku, diminta menelpon Beliau. Memintanya pulang dan menjanjikan menemaninya. Mengulang ritme ziarah dan silaturrahim. Aku menolak.

Saat ini, aku mengenal Bapak, seperti aku mengenal diriku sendiri. Bapak gelisah. Pengen berkeluh kesah. Tapi, ya, kami adalah spesies yang sama. Tidak bisa berbagi gelisah, keluh kesah dan masalah. We keep it for ourself. Menjauhkannya dari orang-orang, terlebih orang-orang yang kami sayangi. Bapak dan aku, ada the same saddle on our back.

No comments: