Friday, August 17, 2007

malam (yang) aneh!

14 Agustus 2007
Si Nduk datang lagi. Katanya, ”Aku rindu dengan senyum Mas”. Jadilah kutemani dia semalaman. Awalnya terpaksa, akhirnya, berubah. Aku tersadar, aku butuh si Nduk.

Si Nduk tertidur pulas di sampingku. Sesekali terdengar batuknya. Badannya ternyata tidak sekuat jiwanya. Malam ini hujan turun, rintik-rintik. ”Ah, wajahnya damai sekali,” batinku sambil membetulkan selimut. Aku beringsut, malam terlalu larut. Aku harus segera pulang, tidak enak. Ada banyak mata yang mengawasi. Ada banyak mulut yang akan mengguncingkan, jika aku terus menemaninya.

Di rumah, hujan reda. Aku yang kelelahan tak berdaya melawan kantuk. Kurebahkan tubuhku di atas kasur. Terlelap.

Jarum jam bergerak kencang. Pagi telah datang. Sentuhan lembut di kening membuat kesadaranku tersentak lebih cepat. Si Nduk datang lagi. ”Aku ingin melihat bunga-bunga bermekaran di pagi hari, dari jembatan kembar sebelah rumahmu Mas,” katanya masih dengan menyentuh keningku. Aku takbisa bersuara, hanya mengangguk pelan. Si Nduk tersenyum.

Di jembatan kembar, Si Nduk menggandeng tanganku, erat sekali. Entah darimana datangnya, pagi itu, meski untuk sesaat, jiwaku tenteram....
==
Mimpi yang aneh. Kucoba memutar ulang setiap detil adegan dalam mimpi, tapi, tetap saja, selalu terasa janggal, aneh.

Semalam hujan turun. Sedikit tidak biasa tatkala kemarau telah datang. Seorang teman menemaniku bercengkerama. Menjawab pertanyaan-pertanyaan ”gila” yang sebenarnya tidak jelas fiktif-tidaknya:

  • Boleh ga kawin lari? (jawabnya: TIDAK!)
  • Bisa ga sih putus hubungan tanpa sebuah alasan? (jawabnya: tergantung pada pasangan, tapi sebisa mungkin JANGAN)
  • Boleh ga mutusin sebuah hubungan karena takut tidak bisa membahagiakan pasangan? (jawabnya: tidak menjawab, hanya bilang,”itu kekhawatiran yang wajar”)
  • Boleh ga kangen ke mas-mas? :D (jawabnya: hahahaha!)
  • Sop Iga-nya enak? (jawabnya: SANGAT TIDAK ENAK!)
  • 10 tahun lagi, bagaimanakah kamu? (jawabnya: Seharusnya sudah ada 2 orang anak yang memanggilku Ibu)
  • Kamu sih, ga mau sama aku? (jawabnya: hahahaha, you never ask me!)

”Uncommon people!” ucapnya sambil tersenyum simpul. ”Ah, bilang saja Aneh,” sahutku singkat. Dia sering terbahak, cukup keras, hingga bahunya terguncang dan matanya membentuk garis.

(Lelaki yang aneh. Perempuan yang tidak kalah anehnya. Menghabiskan malam yang aneh pula!)
==
satu detik lalu
dua hati
terbang tinggi lihat indahnya dunia
membuat hati terbawa

dan bawaku kesana
dunia fatamorgana
termanja manja oleh rasa
dan kuterbawa terbang tinggi oleh suasana

dari sudut mata
jantung hati
mulai terjang bisik telinga
coba ingat semua

dan bangunkanlah aku
dari mimpi mimpiku
sesak aku disudut bayang
dan tersingkir dari dunia nyata

dan bangunkanlah aku
dari mimpi indahku
karena anganku berlari
dari rasa yang harus kubatasi

dan kau menawarkan
rasa cinta dalam hati

kutak tahu harus bagaimana untuk hal bermimpi
ataupun lantaran bedakan rasa dan suasana dalam
rangka sayang atau cinta yang sebenarnya

dan bangunkanlah aku
dari buta mataku
jangan pernah lepaskan aku
untuk tenggelam dalam mimpi mimpiku (sebenarnya cinta, Letto)

==
Percuma berbohong. Ada gejolak yang membuat jiwa tidak tentram. Fyuh....

Sudahlah, sudahi saja. Malam ini memang aneh sekali!

***
15 Agustus 2007
Malam yang tidak kalah aneh! Meski tanpa sop iga, perempuan aneh dan perbincangan yang aneh. Hanya hujan, itu pun cuman sebentar. Tapi tetap saja, malam yang (tidak kalah) aneh!
==
Si Nduk (lagi-lagi) datang lagi. Kali ini dia membawa sekeranjang gift: ”U’ re so lucky. U have everything: a job; a girl; a happy family; a life”
==
Kepalaku pusing, SAKI...T BANGET...! Bismika Allahumma Akhya Wa Bismika Amuut. Semoga ada matahari untukku esok pagi...

No comments: