Tuesday, October 16, 2007

Lebaran di Ruang Tamu

Dalam putaran hidup saya, ada beberapa tempat yang mendapat ”cap istimewa” di hati. Salah satu tempat itu adalah ruang tamu (bagian dalam).

Ruang tamu (bagian dalam) kami tidak istimewa. Standard saja: dua meja berukuran sedang dan 10 kursi, plus sebuah akuarium, meja kerja Bapak, dan tiga almari untuk Al-Qur’an, ”beberapa” Kitab Kuning, dan koleksi buku Bapak. Di setiap tengah bulan, dua meja dan 10 kursi itu akan bergeser tempat ke halaman. Maklumlah, Bapak mesti ”menemani” belasan ibu (yang rata-rata sudah sepuh) ”belajar agama” dengan cara lesehan.

Di sana pula, saya bersama dengan saudara-saudara saya, beberapa sepupu dan tetangga belajar mengaji Al-Qur’an dengan Bapak. Di sela-sela proses belajar itu, seringkali kami mendapat bonus: pengajian ringan. Istilah sekarang, mungkin, Kultum (kuliah tujuh menit).

Salah satu pengajian ringan itu, saya ingat betul, adalah tentang Lebaran, yang ternyata tidak hanya berarti lebar (selesai, red). Lebaran pada prinsipnya mengandung 4 makna:

  1. Lebaran yang berasal dari kata lebar, yang berarti selesai. Lebaran ini bukan berarti dimaknai semata-mata sebagai selesai berpuasa (Ramadhan). Tapi sebagai ”tanda selesainya masa penggemblengan diri.” Pasca Ramadhan, yang diawali dengan Lebaran, adalah masa untuk menguji hasil proses penggemblengan diri. Apakah, seorang muslim menjadi lebih baik, sama saja atau bahkan lebih buruk.
  2. Laburan yang berasal dari kata labur, yang berarti ”berdandan.” Laburan dalam konteks Lebaran semestinya tidak diartikan sebatas: mematut diri seindah mungkin ketika Lebaran menjelang. Lebih dari itu, Laburan dimaknai sebagai proses menghias diri dengan amalan-amalan yang lebih baik. Sehingga ketika Lebaran datang, bukan hanya lahiriyah-nya saja yang cantik, tapi batiniyah-nya juga.
  3. Loberan yang berasal dari kata lober, yang berarti ”tumpahan/kelebihan”. Loberan dalam Lebaran adalah keikhlasan untuk berderma, mengeluarkan harta dan rejeki yang ”berlebih” untuk disedekahkan kepada yang tidak mampu. Dalam konteks Rukun Islam, inilah yang disebut ZAKAT.
  4. Leburan yang berasal dari kata lebur, yang berarti ”musnah”. Makna Leburan dalam Lebaran adalah kesungguhan hati hati untuk meminta maaf dan memberikan maaf. Permintaan maaf ini, kemudian, oleh sebagian masyarakat disimbolkan dengan makanan khas Lebaran, Kupat (ketupat, red), yang merupakan singkatan dari Ngaku Lepat (mengakui segala kesalahan, red)
    Dan, yang tidak kalah penting, keempat makna tersebut tidak hanya dilakukan pada saat Lebaran thok, tapi setiap saat, sepanjang waktu.

Di lain kesempatan, di ruang tamu (bagian dalam), Ibu dengan kesabaran lebihnya menemani saya mengerjakan PR. Membuatkan prakarya. Menggambar pemandangan alam sesuai permintaan Ibu Guru: gunung dengan matahari + rumah-rumahan sawah + beberapa burung + tiang listrik + petani + sawah (:D). Sampai-sampai (sekarang) setelah saya pikir-pikir, "Kok kayaknya Ibu lah yang sekolah, bukan saya" :D

Begitulah, bagaimana ruang tamu (bagian dalam) telah menjadi salah satu ruang favorit saya.
Kini, Lebaran datang lagi. Saya tidak ada di ruang tamu (bagian dalam), tapi spirit cinta kasih di ruang tamu (bagian dalam) itu Insya 4JJ1 akan terus ada.

Selamat Berlebaran. Mohon dibukakan pintu maaf untuk semua kesalahan, dan semoga kita bisa menjadi manusia yang lebih baik. Minal Aidzin Wal Faizin. Taqabbalallahu Minna Wa Minkum. Taqbbal Ya Kariim.

No comments: