Friday, July 20, 2007

Balada Jus; Part 2: There's A Will There's A Way

Kebayoran Baru. Sebuah Dapur di kos-kosan. Tanggal, hari, bulan, dan jam sekian
”Hoi....ketemu! Yes, Yes!”, teriaknya berkali-kali sambil memeluk erat-erat saya. Dan saya pun, double girangnya. Untuk eksperimen yang berhasil dan untuk pelukan erat yang..hmm..hush! hahaha. ”Madu mas, madu,” ujarnya dengan napas yang masih tersengal. ”Hah, madu? Cuman madu? Kenapa itu tak terpikirkan ya?” jawab saya sambil menepuk kepala, seolah menyesali kebodohan yang tak termaafkan. ”Dah, ga penting, sekarang mas cobain ini” sahutnya seraya menyorongkan gelas berisi cairan berwarna ijo muda. ”Hmm..hm...” gumam saya ketika mencicipinya pertama kali. ”Kenapa? Gak enak ya?” ujarnya takut-takut. ”Hahaha...Gotcha!” tawa saya. ”Sialan! Gimana, enak kan?” cerocosnya tanpa jeda. ”Rasanya ada lautan di minuman ini. Tenang, tapi sesaat kemudian badai datang. Badai yang nikmat. Rili-rili magnifiko, ekselento, numero uno! Super mak nyusso!” terang saya tentang mak nyus-nya jus buatannya, dengan ekspresi menirukan adegan di Master Cooking Boys. ”Yes! Akhirnya..” serunya lega sambil, sekali lagi, mendaratkan pelukan ke tubuh saya. Membiarkan saya, kembali, sekali lagi, menikmati double kenikmatan.

Sudut kota. Tanggal, hari, bulan, dan jam sekian dikurangi beberapa kian
”Gimana, jadi kita nyobain mix juice?” tanya saya kepada pemilik wajah manis semanis jus. ”Sip mas, besok jemput. Jam 7, jangan telat ya,” jawabnya sambil memamerkan senyuman manis yang membuat wajah manisnya semakin manis saja.

Kemang. Sebuah cafe. Tanggal, hari, bulan, dan jam sekian dikurang beberapa kian ditambah satu hari sekian jam
”Mas, mix juice-nya dua ya,” pesan saya ke pelayan cafe. ”Hm.. tempatnya cozy jugak nih. Tau dari mana Mas?” terdengar suara merdu dari depan. ”Oh, kebetulan ini rute pulang ke rumah. Waktu itu, ga sengaja sih, macet, trus kayaknya kok enak kalo nge-jus, ya sudah mampir deh. Eh, kok mak nyus. Ketagihan deh!” jelas saya, sambil masih berkali-kali mencubit lengan, meyakinkan diri bahwa saya sedang benar-benar tidak bermimpi. Gadis manis pemilik wajah semanis jus ini mau menghabiskan segelas jus dengan saya.

Kebayoran Baru. Sebuah kos-kosan. Tanggal, hari, bulan, dan jam sekian dikurang beberapa kian ditambah satu hari sekian jam
”Mas, beneran enak. Jadi penasaran. Pengen bikin jus yang kayak gitu, nti temenin ya pas bikinnya,” ujarnya di penghujung perpisahan kami. Saya yang masih merasa di awan hanya menganggukkan kepala saja sambil tersenyum.

Dan, day passing by, di setiap akhir pekan, selama beberapa bulan, saya menghabiskan waktu bersamanya, di sudut dapur, bereksperimen membuat jus yang mak nyus-nya bisa mengalahkan mix juice.

Kebayoran Baru. Ruang tamu sebuah kos-kosan. Tanggal, hari, bulan, dan jam sekian ditambah beberapa jam
”Tuh, kan. Udah aku bilang. Ndak ada yang ndak mungkin,”
kata saya sambil meneguk jus hasil karyanya, yang oleh kami kemudian diberi nama You and I Juice (ceile...udah to, kayak gini jangan dibahas lebih lanjut ya..! hehehe). ”Iya, ya, ndak nyangka. Padahal aku dah mo nyerah,” ujarnya sambil mengingatkan kami pada masa-masa ”stuck” pada saat bereksperimen. ”Tapi, kok Mas bisa yakin sih kalo aku bisa?” tanyanya. ”Oh, itu sih karena aku yakin aja. Hehehe”, canda saya. ”Alah, ayo dong. Beneren nih, apaan?” rajuknya manja, dan ini membuat saya tidak bisa untuk tidak bercerita. Sebuah cerita yang menghiasi putaran waktu hidup saya.

”Dulu, aku selalu berkeyakinan bahwa sesuatu kalo sudah takdirnya, pasti akan datang menghampiri. Usaha? Faktor ini aku anggap sebagai pelengkap saja. Jadi, misalnya nih, kalo naksir cewek. Aku ya, cuman berharap saja. Usaha mah secukupnya saja. Kalo jodoh toh ngga kemana. Cari kerja, juga sama saja. Apply sih apply, tapi gitu deh. Karena niatnya ga penuh, usaha juga jadi ga penuh. Pikirku, waktu itu, kalo emang kerja itu emang udah jadi bagian nasibku, pasti ya keterima”, ujar saya membuka cerita. ”Kalo doa mas?” tanyanya antusias.

”Doa? Itu penting, bahkan dulu saya anggap doa sebagai bagian terpenting. Pokoknya setiap shalat ndak pernah absen deh”, terang saya. ”Kalo sekarang?” tanyanya lagi. ”Sekarang, sedikit beda. Doa masih tetep penting. Setiap selese shalat, ngaji, kapan pun juga, doa dan doa. Hanya saja, sekarang aku sampai pada kesimpulan bahwa doa tersolid adalah usaha nyata yang sungguh-sungguh kita lakukan. Kenapa? Karena ketika kita sungguh-sungguh berusaha, berarti aku yakin niatnya pun pasti sungguh-sungguh. Naksir misalnya. Ya kudu diniatin yang beneran. Cari kerja? sami mawon”, jawab saya. ”Kok dari tadi ngomongin cari kerja. Mo pindah ya mas?” tanyanya. ”Belum”, jawab saya singkat. ”Tapi mas, terus apa hubungannya cerita tadi dengan keyakinan mas bahwa aku pasti bisa bikin You and I Juice?” tanyanya mengingatkanku pada pembicaraan awal kami. ”Oh, itu. Aku yakin karena aku tahu kamu sungguh-sungguh. Kamu ga nyerah, meski berkali-kali gagal. Kamu selalu terus dan tak pernah berhenti berusaha. Akhirnya, terbukti kan? Kamu berhasil. There’s A Will There’s A Way,” jawab saya sedikit berfilosofi. ”Iya ya mas. Btw, makasih ya udah nyupport aku selama ini,” ujarnya sambil tersenyum

Kebayoran Baru. Halaman depan sebuah kos-kosan. Tanggal, hari, bulan, dan jam sekian ditambah beberapa jam dan beberapa jam lagi
Di balik pagar depan saya berpamitan, ”Udah ya. See you tonight in our dream hahaha”. ”Hahaha, iya. See you. Eh dear, jangan lupa ya, There’s A Will There’s A Way”, ujarnya sambil melambaikan tangan, mengingatkan saya bahwa semuanya memang mesti diusahakan dengan sungguh-sungguh termasuk..ehm..ehm..”wet dream”! Hahahaha...

No comments: