Friday, July 27, 2007

jalan-jalan khayalan

Jika bisa memutar waktu, kemana sang waktu akan Anda gerakkan?
+++

Siapakah mau ikut, ayo berangkat, pergi denganku
Di hari libur sekarang, pergi jauh, menuju bulan
Jangan lupa banyak-banyak,membawa bekal
Agar tidak kelaparan, di jalanan

Ayo kawan kita berangkat
Naik delman atau onta
Kita rame-rame..pergi ke bulan
Kita rame-rame..pergi ke bulan
Kita rame-rame..pergi..ke..bu..lan.. (Klarinet, Pergi ke Bulan)

Semalam saya memutar arah jarum jam, dengan mesin waktu. Jangan bayangkan mesin waktu dengan alat yang segedhe gambreng, layaknya di film-film Hollywood itu. Jangan pula bayangkan layaknya mesin waktunya Doraemon yang terlihat seperti permadani terbang-nya Aladdin plus stang motor itu. Mesin waktu punya saya portable abiez, di desain seperti jam tangan. User friendly banget, bahkan untuk orang yang gaptek seperti saya.

Waktu sudah saya set, 2001, tengah hari bolong, di musim kemarau. First destination: Toko Tembalang aka TOTEM. Sebuah toko yang kondang markondang di Kawasan Undip Semarang, tempat saya menghabiskan 5,5 tahun untuk berkuliah. Ya, saya memutar waktu kembali ke masa perkuliahan. (Maaf ya, tidak jadi pergi ke bulan, maklumlah adanya mesin waktu, bukan delman ato onta :D )

Dari Totem saya bergerak ke arah warung jus, yang nongkrong tepat di depannya. Di sana saya memesan sebuah jus. Alpukat dengan coklat yang extra banyak. Sambil menunggu jus, saya tersenyum-senyum sendiri. Tidak menyangka sangu sebesar 20.000 mempunyai value yang luar biasa di warung ini. Bagaimana tidak, jika saya kalap jus, saya bisa membuat 20.000 ini bermetamorfosis menjadi 100 gelas jus alpukat, dan itu berarti saya bisa nraktir teman satu angkatan sampe mabok jus. Ruarr biasa!

Senyum saya masih juga terkembang ketika jus alpukat yang manis itu bergerak ke kerongkongan saya. Membayangkan bagaimana dulu, jus alpukat hanya bisa saya nikmati di awal bulan, ketika kiriman uang datang, melalui mesin ATM bertuliskan: (Pecahan) 20.000 (:D), di GSG Tembalang. Membayangkan pula, bagaimana dulu, demi selisih 500 rupiah, saya memilih mengubah jus favorit, dari alpukat ke tomat, jeruk, bahkan tape. Sebuah pilihan yang ternyata juga dilakukan oleh sebagian teman kuliah dan kos, ato ini mungkin memang pilihan sebagian besar mahasiswa/i? :D

Senyum saya tidak berhenti berkembang, karena di tetes terakhir jus, saya mendapati manfaat lain dari mesin waktu portable ini. Saya yang dari masa depan, ternyata secara otomotasi me-replace diri saya di masa itu. Wuih, bener-bener mengingatkan saya pada serial Quantum Leap di episode Dr Sam yang menjadi dirinya sendiri, di masa muda.

Senyum saya kemudian menjadi sebuah cekikikan halus ketika sebuah sms mendarat di HP, ”Ndes, kuliah Tapak ga?” (Hehehe, rasanya sudah sejuta tahun tidak mendengar kata ”Ndes”). ”Aku bolos wae,” jawab saya sambil mesam-mesem ga jelas. Maklumlah, saya kan dari masa depan, jadi tahu dong kalo Tapak itu di dua tahun ke depan akan berubah menjadi seperti acara Midnight-nya Imelda FM Semarang, setiap Malam Jumat. Ada rekor pribadi di kuliah ini. Dikurung di kampus dan...tiga kali ngulang, teteup..CD, bo!. Horror!
Tapi, niat bolos urung terlaksana. Gara-garanya, sebuah sms dari teman kuliah yang lain,”Sing mulang RS loh!”. Jadilah, Kampus PWK Undip sebagai my next destination.

Kampus PWK di tahun 2001, di musim kemarau semakin gersang saja. Saya yang naik my lovely bike, Si Ceper (duh Ceper, i miss you so much. Tega nian maling-maling durjana itu merenggutmu dariku. Semoga engkau tidak betah dengan pemilik barumu, Amin!), rasanya seperti masuk daerah padang pasir. Duh, tinggal kasih kaktus-kaktus, dan sedikit angin panas, maka yakinlah, saya akan berubah menjadi koboi sedang menaiki kuda di Texas sono!

Di pelataran parkir saya melihat mobil RS. Dan itu sudah cukup membuat saya deg-degan, layaknya orang jatuh cinta! Rasa deg-degan, bercampur kegembiraan yang anehnya sulit didefinisikan, membuat saya melewatkan waktu untuk ngobrol dengan Mas Rouf. Melewatkan nongkrong lima menitan di kantin, menikmati mendoan campur bumbu kacang yang aduhai gila uenaknya!

Selesai memarkir Si Ceper, saya bergerak ke Gedung A. Di sana saya melihat gadis tomboy bertas selempang, memakai sneaker, memakai kaos berkerah (hey, kemana kemeja lengan pendek bermotif kotak-kotak orange itu?) berjalan tergesa. Saya bersiap menyapanya, dengan membawa rindu dari masa depan, tapi sebuah tepukan di pundak membuyarkan niat saya, ”Ndes, Tayu piye?”. Kutolehkan kepala. Ternyata, teman kuliah dari ngapak zone. ”Apik, kelompokku jago-jago, hehehe. Eh, kok ga mlebu?” jawab saya sambil bertanya balik. ”Ga ah, nyong pan madang ndisit. Kencot kiyeh” jawabnya sambil mengelus perut yang sepertinya memang berbakat buncit ( :D ). ”Yo wis, aku mlebu sik yo” tukas saya sambil menuju ke ruang perkuliahan. Di sana saya mendapati kalo deg-degan saya semakin menghebat.

Di tikungan kampus, di dekat tangga, saya menarik napas. Di ujung mata, terlihat pintu ruang kuliah tertutup. ”Waduh, telat nih. Masuk ga ya?” pikir saya dalam hati sambil menghitung kancing, berharap mendapatkan bantuan jawaban, layaknya Ujian SPMB. Tapi niat untuk menjumpai RS sepertinya memang terlalu kuat untuk ditahan. Saya pun bergerak ke depan, gagang pintu sudah dalam pegangan. Menunggu untuk diputar. Tapi apa lacur, seiring dengan gerak tangan memutar gagang pintu, alarm mesin waktu saya berbunyi. ”Duh, low-bat Mak!” teriak saya dalam hati. Segera, saya percepat gerakan membuka pintu, tapi waktu sepertinya memang sedang tidak berpihak. Bersamaan dengan masuknya batang hidung, bersamaan dengan itu batteray mesin waktu habis, dan saya pun tersedot pulang, kembali ke masa sekarang.

Saya pulang membawa kekecewaan, gagal bertemu RS. Namun, hanya sesaat, karena setelah dipikir-pikir, selama memutar masa itu, saya lebih banyak tersenyum daripada tidaknya. Dan yang terpenting, mesin waktu pun selalu siap sedia mengantar saya.

Jadi kawan, mesin waktu telah di-charge ulang. Upgrade batteray pun telah dilakukan. Dijamin tahan lama! Siapa mau ikut?

No comments: