Wednesday, November 13, 2013

Alter Cengeng


Tak banyak yang tahu. Dalam suatu tempo. Saya terkadang tiba-tiba dilingkupi rasa haru, dan untuk kemudian mewek. Mostly, hal yang membuat saya mewek: kangen bapak ibu. Hal lain adalah jika melihat orang sepuh­ yang memilih untuk tetap bekerja, berjualan keliling, daripada mengemis.

Tulisan ini sudah sangat lama. Saya menuliskannya ketika masih bergelut dengan rutinitas di tempat kantor lama, dari atas lantai 20. Mungkin saya sudah pernah menempelkannya di blog, saya lupa, yang pasti saya ingin menempelkannya lagi...
===

Tidak untuk sedih-sedihan. Hanya sekedar ingin mengingatkan, betapa orang tua, sekeras apapun, se-cuek apapun, se-angkuh apapun, dipastikan menyembunyikan perasaan was-was, berharap anak-anaknya bahagia dan menyimpan selaksa kerinduan yang mendalam.
.........................
”Pak, kulo sae. Alhamdulillah, pangestune”

Jariku masih menekan tuts keyboard ketika suara adzan di komputer menggema. Aku menengok jam, pukul 11.50. “Ah, sudah dzuhur, pantes laper,” batinku. Aku tidak berhenti. Jariku kembali menekan tuts keyboard. Untuk beberapa saat aku terlelap dalam kediaman sampai sekelebat bayangan ibu dan bapak hadir. Aku berhenti. Jariku mengusap mata, kepalaku menggeleng lemah. Bayangan ibu dan bapak tidak surut. Aku melihat mereka. Duduk berdua menikmati sayur bening, ikan asin dan tahu goreng. ”Bocah-bocah gimana kabarnya ya Bu?” gumam bapakku ketika ibu menawarkan tahu goreng.
Jariku mengusap mata. Mataku pedih. Basah...

Ps:kamulyaning urip iku dumunung ana ing tentreming ati (kebahagiaan hidup itu terletak pada hati yang damai)

No comments: